Minggu, 21 Desember 2008

TINITUS




Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengarkan bunyi tanpa ada rangsang bunyi dari luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendengung, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain.



Tinitus dapat dibagi atas tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Tinitus subjektif, biala suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degenaratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.


Patofisiologi tinitus

Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsasi).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain.
Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.



Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.
Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid-body tumour), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000Hz)
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin, digitalis, kanamysin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.



Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal.


Diagnosis


Tinitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk pengobatannya perlu ditegakkatn diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya sulit untuk diketahui. Anamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakkan diagnosis tinitus. Perlu ditanyakan kualitas dan kuantitas tinitus, adanya gejala lain yang menyertai, misalnya adanya vertigo dan atau gangguan pendengaran serta gejala neurologik lain, riwayat terjadinya tinitus unilateral atau bilateral, apakh sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala, audiometri tutur, bila perlu dilakukan pemeriksaan BERA dan atau ENG serta pemeriksaan laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah : lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik. Bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologik. Tinitus subjektif unilateral disertai gangguan pendengaran perlu dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala. Bila tinitus bilateral kemungkinan terjadi pada intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising, dan penyakit sistemik lain. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri kemungkinannya disaraf pusat. Kualitas tinitus, bila tinitus bernada tinggi biasanya kelainannya pada daerah basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral. Tinitus bernada rendah seperti gemuruh ombak khas untuk kelainan koklea seperti hidrops endolimfa.




Pengobatan


Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur.
Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
  1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
  2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
  3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.
  4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma.
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut.
Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

OTITIS EKSTERNA

Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology - Head & Neck Surgery

KUNCI DIAGNOSIS
Otalgia, otorrhea, pruritus, penurunan pendengaran, riwayat paparan air .
Perih pada pinna dan canal; canal erythema, edema, dan debris purulent.
Kultur untuk kasus refrakter.


Pendahuluan
Otitis externa merupakan proses peradangan dan infeksi pada EAC (External Auditori Canal). Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sering ditemukan pada infeksi ini. Bakteri yang lebih jarang yang diisoloasi termasuk spesies Proteus, Staphylococcus epidermidis, diphtheroids, dan Escherichia coli. Otitis eksterna akibat jamur tidak dibahas pada artikel ini dan dijelaskan lebih lanjut di seksi lainnya (Otomikosis).

Pathogenesis

Pada stadium preinflamasi, telinga terpapar dengan faktor predisposisi, termasuk panas, kelembaban, luka (maserasi), absennya serumen, dan pH yang basa. Hal ini dapat menyebabkan edema pada stratum korneum dan oklusi pada unit apopilosebaseus. Pada stadium inflamasi, terjadi pertumbuhan bakteri, disertai dengan edema progresif dan nyeri yang semakin berat. Resolusi yang tidak sempurna atau inflamasi persisten selama lebih dari 3 bulan dikategorikan sebagai stadium inflamasi kronik.


Penemuan Klinis

Gejala otitis eksterna dapat beragam, tergantung dari stadium dan perluasan penyakit. Diagnosis klinis ditegakkan dengan adanya keberadaan otalgia, otorrhea, rasa penuh, pruritus, nyeri pada palpasi, dan beragam derajat oklusi pada EAC. Pasien juga dapat datang dengan penurunan pendengaran yang terjadi akibat oklusi pada EAC karena edema dan debris. Tanda otitis eksterna termasuk nyeri pada penyentuhan pinna; adanya eritema, edema, otorrhea, pembentukan krusta pada EAC; dan pada keadaan yang lebih berat, limfadenopati pada nodus limfe periauricular dan servikal anterior. Perubahan kulit akibat selulitis dapat pula muncul. Pada keadaan kronis, kulit EAC dapat menebal. Kultur dapat bermanfaat untuk kasus infeksi berulang untuk menetukan penanganan yang tepat.

Gambaran CT-Scan resolusi tinggi memperlihatkan edema jaringan lunak pada kanalis auditoris eksternal yang merupakan gambaran otitis eksterna.


Penatalaksanaan


Penanganan otitis eksterna termasuk debridement atraumatik pada EAC yang teliti dengan bantuan mikroskop. Untuk analgesia dapat diberikan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), opioids, atau preparat steroid topikal. Setelah pembersihan selesai, preparat tetes telinga yang bersifat antiseptis, mengasamkan, atau antibiotic (atau kombinasi dari ketiga sifat tersebut) sebaiknya diberikan. Jika derajat stenosis kanal berat, sebuah sumbu diletakkan secara hati-hati untuk menyalurkan tetesan pada bagian medial dari kanal.

Preparat antiseptic yang tersedia, termasuk asam acetic dan boric, ichthammol, phenol, aluminum acetate, gen­tian violet, thymol, thimerosal (mis, Merthiolate), cresylate, dan alkohol. Preparat antibiotic yang dapat digunakan termasuk ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B, neomycin, chloramphenicol, gentamicin, dan tobramycin. Polymyxin B dan neomycin biasanya digunakan bersamaan untuk penanganan infeksi akibat S aureus dan P aeruginosa. Ofloxacin dan ciprofloxacin merupakan antibiotic tunggal dengan spectrum yang sangat luas untuk hampir semua bakteri pathogen yang menyebabkan otitis eksterna. Preparat steroid dapat membantu mengurangi edema dan otalgia. Antibiotik sistemik diindikasikan untuk infeksi yang menyebar melewati EAC. Untuk otitis eksterna kronis, kanalplasty dapat diindikasikan untuk penebalan kulit yang menyebabkan obstruksi kanal. Pasien diminta untuk menghindari manipulasi EAC atau paparan air jika mereka memiliki riwayat otitis eksterna

FIBROADENOMA MAMMAE

Fibroadenoma pada Payudara

(Terjemahan Current Medical Diagnosis & Treatment 2008 - Fibrocystic Condition )



Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien.


Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis; perkambangannya dianggap suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm.
Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan. Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormone.
Gambar 1. Lokasi terjadinya patologi Fibroadenoma pada payudara
Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi.


Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih controversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.

ANGKA KEJADIAN KANKER

Angka Kematian Akibat Kanker Meningkat 2 Kali Lipat pada Tahun 2030
Laporan Memperkirakan Negara Miskin Akan Mengalami Peningkatan
Angka Kejadian Kanker

By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD


Dec. 9, 2008 -- Kematian akibat kanker secara global diperkirakan akan meningkat berlipatganda pada dua dekade yang akan datang, peningkatan dramatis kebanyakan pada negara dengan pendapatan menengah kebawah akibat penggunaan tembakau dan gaya hidup yang kebarat-baratan.

Laporan terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC) mengeksplorasi beban kanker secara global, yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 2010

Laporan ini memperkirakan bahwa:

* Pada tahun 2030, 27 juta kasus kanker baru dan 17 juta kematian akibat kanker akan terjadi tiap tahunnya diseluruh dunia. Dibandingkan dengan 12 juta kasus baru kanker dan sekitar 8 juta kematian akibat kanker pada tahun 2007.
* Berdasar dari tren terkini, angka diagnosis kanker kemungkinan akan meningkat 1% tiap tahunnya, begitu pula kematian akibat penyakit ini.
* China, Russia, dan India diperkirakan akan memiliki peningkatan kanker dan kematian akibat kanker.
* Faktor merokok dan gaya hidup seperti obesitas akan mengambil alih infeksi kronik sebagai penyebab kanker terbanyak pada negara dengan pendapatan menengah kebawah

Proyeksi ini sangat berbeda dengan trend kanker yang berkembang di Amerika Serikat.

Suatu laporan yang dipublikasikan pada bulan ini menunjukkan penurunan baik pada insiden kanker dan kematian akibat kankeer untuk pertama kalinya dalam dekade ini.

Hal ini mempertegas fakta bahwa beban kanker sekarang telah bergeser ke negara berkembang, kata IARC Director Peter Boyle, MD, kepada WebMD.

"Empat puluh tahun lalu, kanker merupakan penyakit pada negara-negara industri dengan sumber daya yang kaya," kata Boyle. "Hal ini tidak benar lagi. Dahulu, ketika kita berpikir tentang negara miskin, kita berpikir bahwa penyakit menular sebagai pembunuh terbesar. Akan tetapi tiap tahunnya kebanyakan orang meninggal akibat kanker daripada akibat AIDS, tuberkulosis, dan malaria."

Beban Akibat Kanker Akan Berlipat Ganda

Diseluruh dunia, beban akibat kanker berlipat ganda mulai dari tahun 1975 hingga tahun 2000, dan diperkirakan akan berlipat ganda kembali pada tahun 2020 dan tiga kali lipat hingga 2030.

Boyle mengatakan bahwa pada tahun 1970, hanya 15% kanker terjadi pada negara menengah ke bawah.

Sekarang, lebih dari setengah kasus kanker dan dua pertiga kematian akibat kanker terjadi pada negara-negara ini, dan keadaan tersebut kemungkinan meningkat

Peningkatan jumlah perokok pada negara dengan pemasukan menengah ke bawah, yang dimulai pada tahun 1980 dan awal 1990, merupakan penyebab tunggal utama peningkatan angka kanker yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.

Memerlukan waktu 40 tahun bagi peningkatan angka perokok untuk dapat tergambarkan pada penyakit akibat rokok seperti kanker dan emfisema, sebut Boyle.

"Perusahaan rokok mulai promosi besar-besaran pada negara-negara berpendapatan menengah kebawah ini pada awal tahun 1990 dan sekitar tahun yang sama kami bekerja sangat aggresif untuk mengurangi penggunaan rokok pada negara barat," katanya .

Menurut laporan tersebut:

* Sekitar 1.3 milliar orang merokok diseluruh dunia.
* Sekitar 12% kanker pada negara pemasukan rendah disebabkan oleh rokok, akan tetapi jumlah tersebut akan meningkat secara bermakna
* Kanker paru paling banyak membunuh dibanding jenis kanker lainnya didunia.

Kanker payudara juga mengalami peningkatan pada negara pendapatan rendah, dimana insidennya meningkat 5% tiap tahunnya

dan Kanker serviks, yang paling mudah dicegah dan ditangani, merupakan penyebab utama kematian akibat kanker diantara wanita yang tinggal di negara miskin, termasuk banyak daerah di Afrika.

CEPHALGIA

Pendahuluan
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya. Walaupun lesi structural jarang ditemukan pada kebanyakan pasien yang mengalami cephalgia, keberadaan lesi tersebut tetap penting untuk diwaspadai. Sekitar satu pertiga pasien tumor otak, sebagai contoh, datang dengan keluhan utama sakit kepala1
Intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri –terutama durasi dari cephalgia dan keberadaan gejala neurologik terkait- dapat memberikan tanda penyebab. Migraine atau nyeri kepala tipe tegang biasanya dijelaskan sebagai sensasi berdenyut; sensasi tekanan juga umum terdapat pada nyeri kepala tipe tegang. Nyeri seperti tertusuk-tusuk menandakan penyebab neuritik; nyeri okuler dan periorbital menandakan terjadinya migraine atau nyeri kepala kluster, dan nyeri kepala persisten merupakan gejala tipikal dari massa intracranial. Nyeri okuler dan periokuler menandakan gangguan ophtalmologik, nyeri dengan sensasi terikat umum pada nyeri kepala tipe tegang. Pada pasien dengan sinusitis, mungkin didapatkan rasa nyeri pada kulit dan tulang sekitar.1






Cephalgia menandakan aktivasi dari serat afferent primer yang menginnervasi pembuluh darah cephalic, terutama pembuluh darah meningeal atau cerebral.Kebanakan serat nosiseptif yang menginnervasi struktur ini berasal dari neuron pseudounipolar yang terletak dalam ganglia trigerminal (divisi pertama), walaupun beberapa lainna berasal dari dalam ganglia servikal bagian atas. Rangsangan yang mengaktivasi serat ini cukup bervariabel, mulai dari traksi mekanikal langsung akibat tumor sampai iritasi kimia yang disebabkan oleh infeksi SSP atau perdarahan subarachnoid. Pada pasien dengan gangguan cephalgia sekunder, sakit kepala berasal dari sumber struktur atau peradangan yang dapat teridentifikasi. Penanganan terhadap abnormalitas primer tersebut dapat mengakibatkan penyembuhan sakit kepala. Akan tetapi kebanyakan pasien dengan sakit kepala yang kronik memiliki gangguan cephalgia primer seperti migraine atau nyeri kepala tipe tegang, dimana pada keadaan ini pemeriksaan fisik dan laboratorium biasanya normal.2,3
Teori vasogenik yang mengatakan bahwa vasokonstriksi intracranial berperan terhadap terjadinya gejala aura migraine dan cephalgia terjadi akibat dilatasi “rebound” atau distensi pembuluh cranial dan aktivasi dari akson nosiseptif perivaskuler. Teori ini berdasarkan pengamatan dari adanya (1) Pelebaran pembuluh ekstrakranial dan denyut selama serangan migraine terjadi pada kebanyakan pasien, sehingga menandakan kemungkinan peranan penting dari pembuluh cranial; (2) Rangsangan pembuluh intracranial pada pasien yang terjada mengakibatkan sakit kepala ipsilateral; dan (3) Zat yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, seperti ergot alkaloid, ergot alkaloids, meringankan sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrat, dapat memicu serangan.2
Hipotesis lainnya yaitu teori neurogenik, yaitu mengidentifikasi otak sebagai pusat migraine dan menyatakan bahwa kemugkinan serangan migrain menandakan ambang nyeri intrinsic otak untuk tiap individu; perubahan vaskuler yang terjadi saat migraine merupakan akibat bukan penyebab dari serangan migraine. Dukungan dari hipotesis ini berdasar pada serangan migraine biasanya diikuti dengan beragam gejala fokal (pada aura) dan vegetatif (pada prodromal) yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana dari terjadinya vasokonstriksi dalam distribusi tunggal neurovaskuler.3
Sepertinya elemen dari kedua teori ini telah dapat menjelaskan beberapa patofisiologi dasar dari migraine dan gangguan cephalgia primer lainnya. Pencitraan (i.e., magnetic resonance imaging [MRI] dan positron emission tomography [PET]) dan pemeriksaan genetic yang mengkonfirmasi bahwa migraine dan cephalgia terkait merupakan gangguan dari neurovaskuler.2


Klasifikasi
Berdasar dari banyak penelitian mengenai jenis nyeri kepala dan melibatkan sekitar 100 orang ahli neurologi, maka International Headache Society mengembangkan klasifikasi ”International Classification of Headache Disorders, 2nd edition” untuk nyeri kepala.
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu migraine, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala cluster – trigerminal, dan nyeri kepala primer lainnya.4






Migraine
Istilah migraine berasal dari kata Yunani yang berarti “sakit kepala sesisi”. Memang pada 2/3 penderita migraine, nyerinya dirasakan secara unilateral, tetapi pada 1/3 lainnya dinyatakan pada kedua belah sisi secara bergantian dan tidak teratur. Rasa nyeri ini disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah besar intracranial dan dibebaskannya substansi neurokinin ketika vasodilatasi terjadi. Penyebab vasodilatasi ini belum diketahui.5
Terdapat dua syndrome klinis migraine, yaitu migraine dengan aura dan migraine tanpa aura. 4,6. Selama beberapa tahun, migraine dengan aura dikatakan sebagai migraine klasik dan sindrom yang kedua dikatakan sebagai migraine umum. Migrain disertai aura diawali dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala hemikranial (unilateral), mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan selama beberapa jam kadangpula terjadi dalam sehari penuh bahkan lebih. Migrain tanpa aura merupakan nyeri kepala hemikranial disertai atau tanpa mual muntah yang terjadi secara tiba-tiba tanpa gangguan fungsi saraf sebagai pertanda dan gejala ini terjadi dalam beberapa menit atau jam. Aspek hemikranial dan sensasi berdenyut merupakan karakteristik paling khas yang membedakan migraine dengan jenis nyeri kepala lainnya.6
Terdapat banyak jenis farmakoterapi yang digunakan untuk mengatasi migraine dan pemilihan untuk tiap pasien bergantung dari tingkat keparahan serangan, gejala terkait seperti mual dan muntah, permasalahan komorbid, dan respon pasien terhadap pengobatan. Pemberian analgesic tunggal atau dikombinasikan dengan komponen lainnya telah terbukti meringankan nyeri kepala ringan hingga berat. Agonis 5-HT1 dan/atau analgesi opioid dapat diberikan dan dapat dikombinasikan dengan antagonis dopamine jika migraine tergolong berat. Penggunaan farmakoterapi ini harus dibatasi hingga 2-3 hari dalam seminggu untuk mencegah berkembangnya fenomena nyeri kepala rebound.7


Nyeri Kepala Tipe Tegang
Nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri kepala tanpa sebab yang jelas dan kurang memiliki gambaran khas dibanding migraine dan nyeri kepala cluster. Mekanisme patofisiologi yang mendasarinya tidak diketahui secara pasti dan ketegangan sepertinya bukan penyebab utama. Kontraksi dari otot leher dan kulit kepala yang selama ini telah dikatakan sebagai penyebab, kemungkinan hanya merupakan fenomena sekunder. 8
Pada umumnya, NKTT merupakan gangguan kronik yang bermulai setelah umur 20 tahun. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri kepala bilateral pada bagian occipital tanpa sensasi denyutan dan tidak disertai rasa mual, muntah, atau gangguan penglihatan. Nyeri biasa dideskripsikan seperti ada pita yang mengikat kepala dengan ketat. Wanita lebih sering terkena dibanding pria. 8
Walaupun NKTT dan migraine dianggap suatu gangguan yang berbeda, tidak jarang ditemukan pasien yang mengalami nyeri kepala dengan gejala keduanya. Pasien yang diklasifikasikan NKTT seperti ini mengalami nyeri kepala berdenyut, nyeri kepala unilateral, atau mengalami muntah pada saat serangan. Konsekuensinya, mungkin lebih tepat menganggap NKTT dan migraine merupakan perwakilan dari suatu kutub berlawanan dari satu spectrum klinis 8
Nyeri kepala tipe tegang dapat diatasi dengan pemberian analgesic sederhana, seperti aspirin atau asetaminophen atau jenis NSAID lainnya. Akan tetapi pengobatan ini hanya diberi dalam periode yang singkat. Nyeri kepala tipe tegang berespon sangat baik pada obat yang digunakan untuk menanganai depresi atau kecemasan, terutama jika kedua gangguan ini ditemukan. Raskin melaporkan keberhasilan menanganai NKTT dengan calcium channel blocker, phenelzine, atau cyptoheptadine. Ergotamine dan propanolol kurang efektif kecuali ditemukan gejala migraine dan NKTT secara bersamaan. Teknik relaksasi juga dapat digunakan untuk mengatasi stress dan kecemasan yang dapat menyebabkan terpicunya NKTT.6,9


Nyeri Kepala Cluster
Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit. 8,10
Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejala gastrointestinal 10
Serangan nyeri kepala cluster nokturnal dapat ditangani dengan dosis ergotamine sebelum tidur untuk mencegah serangan. Pemberian lidocaine intranasal atau sumatriptan dapat pula digunakan pada serangan akut. Pada beberapa pasien, ergotamine diberikan satu kali atau dua kali perhari juga terbukti bermanfaat. Jika ergotamine dan sumatriptan tidak efektif mengatasi serangan, beberapa neurolog pakar nyeri kepala menyarankan penggunaan verapamil dengan dosis hingga 480 mg per hari. Ekbom memperkenalkan terapi lithium untuk nyeri kepala cluster dan Kudrow telah membuktikan efektivitas lithium pada kasus kronik. Indomethacin dengan dosis 75 mg hingga 200 mg/hari telah dilaporkan berhasil pada kasus kronik akan tetapi beberapa pasien juga tidak mengalami perbaikan. Beberapa kasus nyeri kepala cluster tidak dapat diatasi dengan terapi farmakoterapi dan membutuhkan pemotongan nervus trigerminus parsial, seperti dideskripsikan Jarrar dkk.6



COMMON COLD

Common Cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi(1).

Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dll)(2,3).
Faktor predisposisi adalah kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim(1).
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak(2,4). Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didap[at rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri(1).




Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen(5,6).
Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. N. amun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu(5).
Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5).
Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia(1).
ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain(7).
Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua(7).
Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam [untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%)(7).
Bayi yang mengalami wheezing ketika mereka terkena infeksi dengan rhinovirus lebih mungkin untuk mempunyai diagnosa sakit asma pada saat mereka berusia 6 tahun, menurut penyelidik yang memperkenalkan penemuan mereka pada 63rd pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. 41 sampel yang mengalami wheezing pada saat terkena infeksi rhinovirus saat mereka bayi( 54%) mempunyai diagnosa sakit asma oleh pada umur 6 tahun dibandingkan dengan 23% dari 214 anak-anak yang tidak mengalami wheezing pada infeksi rhinovirus ( P= . 0002)(8).
Selama ini preparat Echinacea sering digunakan untuk mengobati common cold. Tetapi tidak ada konsensus yang benar-benar menjelaskan apakah Echinacea dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Placebo yang dibandingkan dengan Echinacea yang tidak disuling tidak dapat memberikan manfaat atau kerugian pada mahasiswa University of Wisconsin Medical School yang mengalami common cold(9).
Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh dari anak-anak di dunia menghirup asap rokok di rumah dan keadaan pre dan post natal berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh common cold(10).

Kamis, 18 Desember 2008

DEMAM THIFOID



Memasuki musim hujan, penyakit yang satu ini seolah menjadi kondang dan seringkali menjadi alasan rujukan rawat inap di rumah sakit bagi penderitanya. Ada baiknya kita mengenali lebih lanjut mengenai demam tifoid atau typhoid fever, yang lebih umum disebut tifus oleh orang awam.

Definisi
Demam tifoid atau tifus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.
Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).

Bakteri tifoid ditemukan dalam tinja dan air kemih penderia. Penyebaran bakteri bisa terjadi karena pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air, melalui air dan makanan yang tercemar, atau lalat yang menyebarkan langsung dari tinja ke makanan.
Di kota-kota besar, dimana sumber air untuk minum dan mencuci bahan makanan berasal dari air kali yang sekaligus berfungsi sebagai penampungan limbah atau kakus, bakteri tifoid yang lolos dari proses pemasakan dapat berada dalam minuman dan makanan.

Gejala
Timbul secara bertahap dalam waktu 8 – 14 hari setelah terinfeksi. Gejala bisa berupa :
  • demam, seringkali tinggi ( 39 atau 40 C)
  • sakit kepala
  • lemah dan lelah
  • sakit tenggorokan
  • nyeri perut
  • diare (terutama anak-anak) atau konstipasi / sembelit (terutama orang dewasa)
  • memasuki minggu kedua, pada penderita bisa timbul bercak kecil kemerahan di bagian bawah dada atau bagian atas perut, yang biasanya hilang dalam 3 – 4 hari.

Penderita demam tifoid mulai demam rendah pada malam hari, hilang esoknya, terulang lagi malamnya, menjadi makin hari makin tinggi. Mulainya malam saja, kemudian siang juga. Pola demam semakin hari semakin naik, seperti anak tangga. Demam Tifoid tidak pernah mulai dengan demam tinggi pada hari pertama sampai ketiga.
Pada penderita yang tidak menerima pengobatan, penderita akan memasuki tahap kedua dimana penderita akan menjadi semakin sakit, demam tinggi yang konstan, diare dan konstipasi. Pada minggu ketiga, penderita akan semakin lemah. Komplikasi yang membahayakan jiwa biasanya terjadi pada waktu ini. Perbaikan akan terjadi secara perlahan pada minggu ke empat. Demam menurun secara bertahap dan suhu penderita kembali normal pada minggu atau 10 hari berikutnya. Tetapi gejala dapat timbul kembali selama 2 minggu sesudah demam menghilang (10% kasus yang tidak diobati).
Demam paratifoid, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Paratyphi, menyebabkan gejala yang serupa, hanya lebih ringan dan penderita bisa sembuh lebih cepat.
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi terutama bila tidak diobati atau pengobatan terlambat, berupa :
  • Perdarahan usus (2% penderita)
  • Perforasi usus (1 – 2% penderita) yang menyebabkan nyeri perut karena isi usus menginfeksi rongga perut (peritonitis)
  • Pneumonia, biasanya jika terjadi infeksi pnemokokus meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia)
  • Infeksi kandung kemih dan hati
  • Infeksi darah (bakteremia) yang kadang menyebabkan infeksi organ tubuh lainnya
Bahkan setelah pengobatan dengan antibiotika, sejumlah kecil orang yang sembuh dari demam tifoid terus membawa bakteri dalam saluran pencernaan mereka selama bertahun-tahun. Orang seperti ini disebut “typhoid carriers”, menyebarkan bakteri melalui feses dan bisa menginfeksi orang lain, walaupun mereka tidak menampakkan gejala penyakit demam tifoid.

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Ciri khas penyakit ini adalah pola demamnya yang seperti anak tangga.
Bila demam terus berlanjut dan pada hari ke 5 - 6 menjadi lebih tinggi, maka barulah tiba waktunya untuk memeriksa Widal dan melakukan pembiakan kuman dari darah dengan media pembiakan empedu (gal culture). Hasil pembiakan kuman tifoid yang positif merupakan bukti pasti adanya tifoid. Sayangnya, hasil kultur kuman ini baru diketahui sesudah satu minggu.


Saat ini banyak ditemui kesalahkaprahan dalam penegakan diagnosis tifoid, antara lain
  • Terburu-buru memeriksakan darah ke laboratorium, padahal baru demam 2 – 3 hari
  • Hanya semata mengandalkan uji Widal untuk menegakkan diagnosis demam tifoid
  • Lebih mementingkan hasil uji laboratorium atau penunjang ketimbang gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Padahal dari definisinya saja, uji laboratorium atau penunjang seharusnya bersifat sebagai penguat atau penunjang penegakan diagnostik yang dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
Mengapa Uji Widal Saja Tidak Cukup ?
Berdasarkan literatur kedokteran, uji Widal bukanlah pemeriksaan penunjang yang paling tepat (gold standard) untuk menentukan apakah seseorang terkena demam tifoid atau tidak. Pemeriksaan penunjang yang paling tepat adalah pembiakan kuman / kultur dari darah (gal culture), yang sayangnya memakan biaya yang besar dan waktu yang lama, sedangkan keputusan untuk memberikan terapi harus diputuskan segera. Namun pengobatan bisa dimulai berdasarkan penegakan diagnosis dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
Kelemahan uji Widal :
  • Bisa memberikan hasil positif palsu pada anak yang sudah menerima vaksin tifoid.
  • Indonesia merupakan daerah endemik tifoid (endemik = merata di seluruh kawasan tertentu). Kebanyakan kota besar di Indonesia seolah sudah seperti kakus terbuka raksasa, air yang tercemari oleh tinja penderita dengan mudah masuk ke dalam minuman atau makanan. Oleh karena itu, kemungkinan besar semua orang di kota besar Indonesia tidak ada yang tidak pernah menelan kuman tifoid. Dengan demikian, bila ditemukan seseorang di Indonesia yang mempuyai reaksi Widal positif, belum tentu menderita demam tifoid.
  • Uji Widal memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang (moderate). Pada kultur yang terbukti positif, uji Widal yang menunjukkan nilai negatif bisa mencapai 30 persen.


Pengobatan
Pemberian antibiotik adalah satu-satunya terapi efektif untuk demam tifoid dan paratifoid. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Selain pengobatan dengan antibiotika, yang penting adalah tirah baring (tidur terlentang) selama beberapa hari sampai demam mereda. Bila penderita banyak bergerak, suhu badan akan naik lagi karena kuman terlepas dari tempat perkembangannya di usus masuk ke dalam darah. Pergerakan banyak juga menimbulkan risiko usus pecah pada minggu ke 3 - 4. Dengan perawatan dan obat, demam baru akan turun dalam 4 - 8 hari. Bila panas sudah turun dalam 1 - 2 hari setelah pengobatan, kemungkinan bukan demam tifoid.
Terapi lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala adalah :
  • intake cairan untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan diare
  • pengaturan makan tinggi kalori untuk mengganti kalori yang hilang akibat sakit, berupa nasi agak lembek. Daging, telur, ikan, ayam, tahu, tempe, sedikit sayur, dan buah boleh dikonsumsi. Hindari makanan yang pedas dan keras.
Pencegahan
Pemberian vaksin tifoid. Pada anak-anak usia 2 – 12 tahun mulai diberikan ketika usia 2 tahun dengan ulangan tiap 3 tahun. Pada orang dewasa, vaksin per-oral (ditelan) memberikan perlindungan 70%, hanya diberikan kepada orang yang pernah terpapar bakteri Salmonella Typhi dan orang beresiko tinggi (petugas laboratorium dan pelancong).
Untuk mencegah penyebaran bakteri dari penderita / orang yang baru sembuh dari demam tifoid :
  • Mencuci tangan sesering mungkin dengan benar, terutama sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet. Gunakan air hangat, gosokkan sabun minimal 30 detik sebelum dibilas.
  • Bersihkan peralatan rumah tangga setiap hari, seperti toilet, pegangan pintu, gagang telepon dan keran minimal sekali sehari dengan cairan pembersih dan tisu / kain sekali pakai.
  • Hindari menyiapkan hidangan makanan/minuman untuk orang lain sampai dokter menyatakan benar-benar sembuh. Di negara maju, orang yang bekerja di industri / jasa makanan belum boleh kembali bekerja hingga hasil tes menunjukkan orang tersebut tidak lagi membawa bakteri tifoid.
  • Gunakan barang pribadi secara terpisah, seperti handuk, seprai, peralatan makan dan cuci sesering mungkin dengan air hangat dan sabun. Beberapa barang perlu direndam terlebih dahulu dalam cairan disinfektan.
sumber: www.beingmom.org

EPILEPSI

EPILEPSI sering diidentikkan dengan penyakit yang menakutkan.Padahal epilepsi secara medis adalah penyakit akibat adanya gangguan pada otak.

Pada masyarakat awam, epilepsi lebih dikenal dengan nama ayan.Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang berpendidikan rendah. Epilepsi bahkan dianggap sebagai penyakit kerasukan roh hingga kegilaan yang parah.

Anggapan tersebut sebenarnya sangat beralasan karena jika pengidap epilepsi yang parah bisa mendadak mengalami serangan dan mereka sanggup melukai diri sendiri. Misalnya, membentur-benturkan kepala atau memukulmukul tubuh mereka sendiri. Serangan itu diiringi pula dengan keluarnya busa di mulut dan kejang yang berulang.

”Epilepsi sangat sulit dideteksi. Apalagi jika penderita mendapatkan epilepsi dengan serangannya ringan, misalnya kaget tanpa sebab tapi sering. Epilepsi sebenarnya terjadi karena lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak pada otak sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu,” kata dokter spesialis saraf yang juga pengajar di Universitas Gadjah Mada, dr Yolanda Atmadja SpS.

Awal kata epilepsi,berasal dari bahasa Yunani (epilepsia) yang berarti serangan.Penyakit ini tidak menular dan bukan penyakit keturunan. Epilepsi juga tidak identik dengan orang yang mengalami keterbelakangan mental. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang mendapatkan epilepsi tanpa diketahui penyebabnya.

Sebenarnya, di d a l a m otak pend e r i t a epilepsi terdapat sel-sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh, termasuk perasaan, penglihatan,dan berpikir. Namun, bagi penderita epilepsi, otot saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadilah serangan yang membuat penderita epilepsi mendapatkan kejang, terdiam sejenak, kaget dengan sangat hebat, hingga kejang-kejang dengan busa di mulut.

Pada penderita epilepsi, saraf otak tidak berfungsi dengan baik.Penyebabnya adalah trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala) ataupun tumor otak. Sering juga disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran,luka kepala,stroke dan konsumsi alkohol berlebih ketika si ibu sedang hamil.

Menurut Yolanda, seseorang dapat dinyatakan menderita epilepsi jika orang tersebut mengalami kejang yang bukan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah.

”Alat pendeteksi yang digunakan biasanya adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang menggunakan magnet sangat kuat untuk mendapatkan gambaran dalam tubuh atau otak seseorang. Bisa juga digunakan EEG (Electro Encephalo Graphy) alat untuk mengecek gelombang otak,”katanya.

Lalu, yang disayangkan, Yolanda menyebutkan, adalah pandangan masyarakat terhadap epilepsi yang sangat buruk. Bahkan, secara umum, masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi.

”Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular dan penyakit jiwa. Selain itu, epilepsi juga bukan karena kemasukan roh dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan,” sebut dokter berambut ikal tersebut.

Lebih lanjut Yolanda mengatakan, banyak jenis epilepsi di antaranya epilepsi tonik klonik (grandmal), epilepsi absans (petit mal), epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek, epilepsi atonik, dan epilepsi mioklonik.

”Cara menanggulangi jika kebetulan menemukan penderita epilepsi yang tengah kumat, jangan sekali- kali memasukkan atau meletakkan sesuatu ke dalam mulut penderita. Jangan memaksa membuka gigi atau menahan gerakan saat klonik (kejang). Biarkan penderita sadar sendiri,” sebutnya.

Senada dengan Yolanda, ahli bedah saraf dari Universitas Indonesia (UI) Dr Dharmawan mengatakan, penderita epilepsi atau ayan bisa disembuhkan dengan pengobatan dan bedah saraf. Bahkan, diakuinya, penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur.

Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat. ”30% penyandang epilepsi bisa dibantu melalui operasi bedah saraf, dengan tingkat keberhasilan 90%,”katanya. Proses bedah saraf bagi penderita epilepsi menurut Dharmawan sekarang sudah sangat canggih. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis, dikenal dengan epilepsi psikomotorik.

Mampu Hidup Normal

MEMILIKI anak-anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi impian setiap orang. Namun, tidak semua orangtua beruntung bisa memiliki anak yang sehat dan cerdas seperti yang diimpikan.

Cacat bawaan hingga penyakit yang menimpa anak-anak yang dilahirkan, tentu saja membuat resah para orangtua. Sangat banyak jenis penyakit yang bisa menyerang anakanak. Mulai demam ringan,hingga autis yang terkadang tidak terdeteksi.

Banyak orangtua merasa frustrasi ketika mengetahui kalau anak-anak mereka mengalami penyakit yang dianggap masih aneh di tengah masyarakat termasuk epilepsi. Bayangan kejang mendadak yang menakutkan dan masa depan suram sepertinya otomatis hinggap pada pikiran orangtua.

Padahal kenyataannya banyak penderita epilepsi sukses menjalani karier pada pekerjaan yang ditekuni. Walaupun tidak ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan epilepsi, dengan bantuan pengobatan yang benar dan tepat,sebesar 80% anak yang mengidap penyakit ini mampu hidup normal.

Hingga saat ini, penyebab epilepsi pada bayi masih sulit ditentukan.Para dokter yang menangani epilepsi pada bayi atau lazim disebut idiopatik,juga masih kesulitan menemukan gejalanya.Namun, tidak ditemukan kaitan antara orangtua pengidap epilepsi dan anak-anak mereka yang juga menyandang epilepsi.

”Sejauh ini belum ada obat untuk menyembuhkan epilepsi,dan sayangnya terapi serangan mendadak praktis juga belum ada. Hanya ada cara bagaimana mengelola serangan itu,” kata Kepala Divisi Neurology di Nemours Children’s’ Clinic, Jacksonville, Florida, William R Turk MD.

Sekitar 400.000 anak di Amerika mengidap epilepsi, dan mereka dapat mengendalikan serangan mendadak itu serta mampu hidup normal. Jika kemudian terjadi serangan mendadak, biasanya serangan itu berlangsung sangat cepat, dan tidak banyak waktu untuk berbuat sesuatu.Peristiwa kejangkejang, dengan mulut mengeluarkan busa,sering kali menjadi saat yang menakutkan bagi yang melihat.

Sedangkan kebanyakan kasus epilepsi di Indonesia yang terjadi adalah pandangan masyarakat yang sangat buruk terhadap penyakit tersebut. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang dikucilkan dan dijauhi dari pergaulan sehari-hari.

”Sebenarnya epilepsi itu bisa disembuhkan.Apalagi pada anakanak, dengan perawatan dan terapi yang intensif dan benar bisa membuat anak-anak penderita epilepsi hidup normal seperti anak-anak biasa,” kata ahli bedah saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr Budi Waluyo.

Menurut Budi yang harus dilakukan orangtua adalah segeralah memeriksakan kesehatan anak-anak atau bayi sejak dini. Selain itu salah satu cara paling ampuh adalah dengan memperhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan anak sejak lahir. Kalau saja balita atau bayi sering melakukan gerakangerakan yang aneh tanpa sebab dan berulang-ulang, maka segera hubungi dokter anak untuk menanyakannya.

Kemudian perhatikan juga jika dia mulai sering terkejut (kaget) tanpa sebab yang jelas dan mengulanginya hingga beberapa kali. Itu merupakan gejala epilepsi yang bisa dideteksi dengan kasatmata.(bernadette lilia nova/sindo.

sumber: www.cpddokter.com

I M D

INISIASI MENYUSUI DINI


Untuk menunjang keberhasilan ASI eksklusif, saat ini tengah digalakkan Early Latching On (ELO) atau lebih dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD ini dilakukan langsung setelah bayi dilahirkan (tubuh bayi hanya dikeringkan kecuali bagian tangan dan tidak dimandikan), dengan meletakkan bayi pada dada ibu dan membiarkannya mencari puting ibu dan menyusu secara alami. Ini berlangsung selama bayi masih terjaga, +/- 1-2 jam setelah kelahirannya. Proses IMD dapat dilakukan pada persalinan normal maupun caesar (usahakan ibu tidak dibius total agar tidak mempengaruhi tingkat kesadaran bayi saat melakukan IMD).

Mengapa kontak kulit ibu dan bayi begitu penting saat IMD?

    1. Dada ibu menghangatkan bayi dan dapat menurunkan resiko Hypothermia dan kematian akibat kedinginan
    2. Bayi berkurang stress, lebih tenang, pernafasan dan detak jantung lebih stabil
    3. Bayi terpapar kuman ibu yang TIDAK BERBAHAYA, bakteri kemudian membentuk koloni dalam usus bayi yang bertugas memerangi bakteri lainnya yang jahat
    4. Bayi memperoleh kolostrum (liquid gold)
    5. Sentuhan bayi merangsang hormon oksitosin
    6. Pertemuan pertama orangtua dan bayi yang begitu menyenangkan

Tata Laksana IMD (Inisiasi Menyusui Dini):

    1. Ibu didampingi suami dan/atau anggota keluarga yang turut mendukung IMD
    2. Anjurkan tindakan tanpa obat dalam membantu kegiatan persalinan (termasuk untuk episiotomi yang tidak diperlukan)
    3. Izinkan posisi melahirkan yang sesuai yang dipilih oleh ibu
    4. Segera setelah bayi menangis, keringkan dengan tetap mempertahankan vernix (terutama pada bagian tangan) – tidak perlu dilakukan suction pada mulut dan hidung bayi apabila bayi sudah bisa menangis sendiri
    5. Letakkan bayi telanjang, posisi tengkurap dan menghadap ibu, pada dada telanjang ibu sehingga terjadi kontak kulit – selimuti keduanya bila perlu
    6. Biarkan bayi mencari sendiri payudara ibu, jangan dipaksakan pada puting ibu
    7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu (pre feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, di antaranya:
  • Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan
  • Memasukkan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengeluarkan suara
  • Bergerak ke arah payudara
  • Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran
  • Menyentuh puting susu dengan tangannya
  • Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar
    8. Bayi berada dalam keadaan alert /sadar rata-rata selama 2 jam setelah kelahiran – apabila setelah 1 jam bayi tidak berhasil menemukan puting ibu, dapat dibantu dengan diarahkan
    9. Pertahankan kontak kulit antara ibu dan bayi sampai dengan dan selama bayi menyusu
    10. Bantu ibu yang melahirkan secara sectio untuk sedapat mungkin berhasil melakukan kontak kulit dan IMD
    11. Tunda prosedural rumah sakit terhadap bayi, seperti bayi ditimbang, diukur, diberi salep mata, disinar, dicap, suntikan vitamin, dll sampai dengan bayi selesai menyusu
    12. Bayi jangan diberikan cairan pre laktal, kecuali ada indikasi medis
    13. Dengan rawat gabung ibu (bayi selalu bersama ibu selama 24 jam) akan mudah merespon bayi dan menghindari potensi pemberian susu formula dan makanan atau minuman pre laktal

PELEKATAN YANG BENAR SAAT MENYUSUI

Langkah pertama untuk mendapatkan pelekatan yang benar adalah dengan membuat bayi membuka mulutnya secara lebar. Arahkan puting ke hidung bayi dan posisi kepala bayi di bawah payudara ibu. Tempelkan payudara atau areola pada bibir bawah bayi dan doronglah bayi untuk membuka mulutnya dengan lebar seolah-olah sedang menguap.

Ketika bayi sudah membuka mulutnya dengan lebar, tariklah bayi secara cepat ke arah payudara dengan cara menggerakkan badan (bukan kepala bayi ke arah ibu) dengan lengan yang sedang menopang. Pastikan bahwa bayi yang digerakkan ke arah payudara ibu dan bukan sebaliknya.

Pelekatan yang benar:

      1. Chin - pastikan dagu bayi menempel pada payudara ibu
      2. Areola – pastikan bahwa yang masuk ke dalam mulut bayi adalah puting dan sebagian besar areola yang berada di bagian bawah mulut bayi lebih sedikit dibandingkan dengan areola yang berada di atas mulut bayi
      3. Lips – pastikan bahwa baik bibir atas maupun bibir bawah bayi terputar ke luardan tidak terlipat ke dalam ataupun berbentuk monyong
      4. Mouth – pastikan bahwa mulut bayi terbuka lebar dan menempel pada payudara ibu

Posisi badan ibu dan bayi:

  • Biarkan kepala bayi terjatuh pada pertengahan lengan bawah atau pergelangan tangan ibu
  • Pegang bagian belakang dan bahu bayi
  • Hadapkan seluruh badan bayi pada badan ibu
  • Dekap bayi di bawah payudara
  • Dada bayi melekat di bawah dasar payudara (dada ibu)
  • Dagu bayi menempel pada payudara
  • Hidung bayi menjauhi payudara
  • Bahu dan lengan ibu tidak tegang dan dalam posisi natural

Tanda ASI cukup:

  • BAK 5-6x sehari
  • BAB 2x/lebih sehari
  • Mengakhiri menyusu sendiri
  • Bayi relaks dan puas setelah minum

Kunci keberhasilan dalam menyusui – 5 C:

      1. Class – mengikuti kelas tatalaksana menyusui yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit, rumah bersalin, asosiasi pendukung ibu-ibu ASI, dll
      2. Camaraderie – lingkungan yang mendukung (keluarga, rekan kerja, kelompok pendukung ibu-bu ASI), memilih RS yang menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan ASI yang ditetapkan WHO
      3. Consultants – menghubungi pihak-pihak yang ahli mengenai ASI (dokter anak yang pro dan memiliki pengetahuan tentang ASI, klinik/konselor laktasi, asosiasi pendukung ibu-ibu ASI)
      4. Confidence – percaya diri (percayalah bahwa setiap ibu pasti bisa menyusui bayinya)
      5. Commitment – dengan komitmen, akan mengupayakan segala cara demi keberhasilan ASI ekslusif

ASI VS SUSU FORMULA

Manfaat ASI bagi ibu:

  • Mencegah pendarahan post partum – hisapan bayi menghasilkan hormon progesteron yang merangsang kontraksi rahim untuk mencegah pendarahan
  • Mengecilkan rahim – dengan meningkatnya hormon oksitosin, membantu rahim kembali ke ukuran semula
  • Mengurangi terjadinya anemia – resiko anemia karena kekurangan zat besi dapat dihindari dengan penundaan kembalinya masa haid dan pengurangan pendarahan
  • Menunda kesuburan – pelaksanaan ASI eksklusif dan tanpa haid memiliki kemungkinan hamil hanya 1,8%, dan dengan haid 27,8%
  • Lebih cepat langsing kembali – diperlukan energi untuk menyusui dan pembentukan ASI diambil dari cadangan lemak yang tertimbun
  • Menimbulkan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak
  • Membantu proses pendisiplinan anak – orangtua belajar membaca tanda-tanda yang diberikan anak dan anakpun belajar mempercayai ibunya - dasar pengembangan rasa hormat pada orangtua
  • Mengurangi kemungkinan kanker payudara, rahim dan ovarium
  • Mengurangi kemungkinan osteoporosis dan rematik – resiko terkena osteoporosis 4 kali lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui
  • Tidak merepotkan dan hemat waktu – dapat segera diberikan tanpa harus memasak air, menakar susu, mencuci dan mensterilkan botol, menunggu susu agar tidak terlalu panas,dll
  • Portabel dan praktis – mudah dibawa, kapan dan di mana saja, siap minum dengan suhu yang selalu tepat
  • Lebih ekonomis/murah – tidak perlu membeli susu formula dan perlengkapannya
  • Menghemat biaya pengobatan – bayi dengan susu formula 16 kali lebih sering dirawat di rumah sakit
  • Manfaat bagi ibu bekerja – penelitian menunjukkan prestasi kerja ibu ASI ekslusif meningkat dan lebih jarang bolos ke kantor (25%) dibandingkan dengan ibu susu formula

Manfaat ASI bagi bayi:

  • ASI sebagai nutrisi – lengkap dan mudah dicerna
  • ASI meningkatkan daya tahan tubuh
  • ASI meningkatkan kecerdasan – memiliki IQ 7-10 poin lebih tinggi dari anak susu formula, bahkan 12,9 poin saat usia 9,5 th
  • ASI meningkatkan perkembangan emosi, kepribadian dan percaya diri – ikatan yang terjadi saat menyusui membuat anak percaya pada orang lain (ibunya) dan berkembang menjadi rasa percaya diri

Berdasarkan penelitian di beberapa negara, ditemukan bahwa bahaya pemberian susu formula pada bayi sbb:

  • Meningkatnya resiko asma
  • Meningkatnya resiko penyakit pernafasan
  • Meningkatnya resiko alergi
  • Perkembangan kognitif yang menurun
  • Meningkatnya resiko infeksi akibat susu formula yang terkontaminasi (butiran kaca, mikroorganisme, lapisan dalam kaleng yang mengelupas, butiran metal, PVC, bakteri salmonella, proses produksi yang tidak higienis, dll)
  • Meningkatnya resiko kanker pada anak-anak
  • Meningkatnya resiko diabetes
  • Meningkatnya resiko penyakit jantung
  • Meningkatnya resiko obesitas
  • Meningkatnya resiko infeksi saluran pencernaan
  • Meningkatnya resiko kematian (akibat diare, saluran pernafasan dan SIDS/Sudden Infant Death Syndrome)
  • Meningkatnya resiko infeksi saluran telinga
  • Meningkatnya resiko efek samping dari pencemaran lingkungan
  • Meningkatnya resiko penyakit lainnya

Sumber:
Breastfeding Class 27/10/2007 - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia www.aimi-asi.org

A S I

Setiap orangtua pasti ingin memiliki anak yang sehat dan cerdas. Segala daya dan upaya akan dilakukan oleh sang ibu dan ayah agar tujuan tersebut tercapai. Mulai dari sering mendengar musik klasik, minum vitamin, rajin berolahraga sampai memberikan susu formula yang mengandung AA dan DHA yang dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ada cara yang mudah dan murah agar anak sehat dan cerdas. Dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC, Ketua Sentra Laktasi Indonesia mengatakan, “Menyusui ASI eksklusif dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak.”

Sayangnya, para ibu di Indonesia banyak yang tidak memberikan ASI kepada bayinya. Padahal dengan memberikan ASI, kesehatan dan kecerdasan sang bayi pun terjamin. Tidak hanya itu, sang ibu pun mendapatkan salah satu manfaat yaitu menjadi lebih jarang terkena kanker payudara.

Tengoklah Nia (28), karyawati yang memiliki dua putri ini mengaku memberikan ASI dan vitamin yang bagus agar anaknya sehat dan cerdas. Ibu yang sangat peduli tentang kesehatan ini lebih memilih yang alami seperti ASI (Air Susu Ibu). Baginya, penting agar anak selalu diberi kasih sayang dan memenuhi kebutuhan psikologisnya.

Anda mungkin bingung, bagaimana ASI dapat menyehatkan dan mencerdaskan anak anda?ASI jelas adalah hak sang bayi dan inisiasi menyusu dini ASI berperan penting dalam menyukseskan ASI eksklusif. Mengenai kelebihan ASI dibandingkan susu formula dan agar bijaksana dalam memilih dan menggunakan susu formula, Anda bisa simak uraian di bawah ini.

  1. Kunci Agar Anak Sehat dan Cerdas
  2. Sehat dan Cerdas dengan ASI
    1. Air Susu Ibu adalah Hak Bayi
    2. Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ASI
    3. Kelebihan ASI dibanding Susu Formula
    4. Problema Ibu Menyusui
  3. Bijaksana memilih dan menggunakan Susu Formula

1. Kunci Agar Anak Sehat dan Cerdas

brain_strokeAda 2 faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, Amerika Serikat memperkirakan faktor genetik hanya menyumbang 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan.

Lingkungan penting karena memiliki peran lebih besar daripada genetik. Faktor lingkungan terdiri dari asuh, asah dan asih. Asuh berarti memberikan kebutuhan untuk pertumbuhan fisik, Asah berarti memberikan stimulasi atau pendidikan, Asih berarti memberikan kebutuhan psychososial.

Agar perkembangan kesehatan dan kecerdasan anak tidak terganggu, orang tua perlu menjaga nutrisi. Hal ini penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak terutama otak karena kepandaian berhubungan dengan pertumbuhan otak.

“ASI Eksklusif adalah nutrisi terbaik dalam kualitas dan kuantitas pada saat masa lompatan pertumbuhan otak yang terjadi dari 0 sampai 6 bulan”, ungkap Dr. Utami Roesli, Sp.A yang baru saja berulang tahun di bulan September lalu.

ASI mengandung nutrient yang mempunyai fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak antara lain long chain polyunsaturated fatty acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina, kolesterol untuk myelinisasi jaringan syaraf, taurin untuk neurontransmitter inhibitor dan stabilisator membran, laktosa untuk pertumbuhan otak, koline yang mungkin meningkatkan memori.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan selain bagus untuk perkembangan otak, juga bagus untuk mempersiapkan sistem pencernaan bayi karena pada saat lahir, enzim pencernaan bayi masih belum lengkap dan hanya bisa digunakan untuk mencerna ASI. Perlu diketahui bahwa ASI mengandung lebih dari 100 macam enzim yang membantu penyerapan zat gizi yang terkandung di dalam ASI.

Lebih lanjut, dr. Utami Roesli, Sp.A yang lebih akrab disapa dr. Tami menambahkan, “Proses menyusui ASI tidak hanya sekedar memberi makan tapi juga mendidik dan memberikan kebutuhan psychososial”. Proses menyusui itu merupakan stimulasi bagi pendidikan anak karena ada kontak mata, diajak bicara, dipeluk, dan dielus-elus oleh sang ibu.

2. Sehat dan Cerdas dengan ASI

jenis strokeDi luar negeri telah banyak dilakukan penelitian terhadap anak yang menyusui ASI lebih dari setengah abad yang lalu. Mulai dari Douglas tahun 1950 yang menemukan bahwa anak ASI lebih cepat bisa berjalan, sampai penelitian oleh Lucas (1996) dan Riva (1998) yang menemukan bahwa nilai IQ anak ASI lebih tinggi beberapa poin.

Berdasarkan hasil studi Horwood & Fergusson tahun 1998 terhadap 1000 anak berusia 13 tahun di Selandia Baru, tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan rangking di sekolah dan peningkatan angka di sekolah.

Tidak hanya itu, penelitian lain yang dilakukan di negara yang berbeda pada tahun 2002 juga seiya sekata dengan hasil studi Horwood & Fergusson. Richards dkk di Inggris menemukan bahwa anak-anak yang diberi ASI secara bermakna menunjukkan hasil pendidikan yang lebih tinggi.

Semua hasil penelitian tersebut menyakinkan manfaat positif memberikan ASI bahwa anak ASI lebih cerdas. Dr. Utami Roesli, Sp.A ini menegaskan, “ Anak yang diberi ASI akan lebih sehat, IQ lebih tinggi, EQ dan SQ lebih baik bahkan soleh dan soleha ”.

  1. Air Susu Ibu adalah Hak Bayi

    Kucing dan macan termasuk jenis mamalia yang ibunya melahirkan dan menyusui anaknya. Coba perhatikan bahwa susu induk kucing bisa dinikmati anak kucing dan susu induk macan bisa dinikmati oleh anak macan. Namun, air susu kucing tidak cocok untuk macan, demikian sebaliknya.

    “Tuhan telah menciptakan air susu ibu selalu cocok untuk anaknya”, ungkap dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC yang mengambil spesialis dokter anak di FK UNPAD, Bandung. Hebatnya lagi bahwa ASI yang dikeluarkan oleh payudara ibu berjumlah sesuai dengan yang bisa diserap oleh pencernaan si bayi. Bahkan anugrah yang satu ini juga bisa menyesuaikan dengan kebutuhan sang bayi secara real time, misalnya bila cuma haus maka akan lebih banyak cairan dan seterusnya.

    Meskipun dalam beberapa jam kelahirannya, bayi belum lapar atau haus karena masih ada bekal dari di dalam kandungan, bayi baru lahir berhak mendapatkan kolostrum yaitu cairan emas kaya antibodi yang pertama kali keluar dari puting payudara ibu setelah melahirkan.

    ASI merupakan hak anak untuk kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembang secara optimal. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya. Pemberian ASI memiliki banyak manfaat yang terutama berperan dalam menyehatkan dan mencerdaskan bayi.

    ASI bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman.

  2. Pentingnya Inisiasi Menyusu ASI

    Pada awal Agustus lalu, pekan ASI sedunia 2007 juga dirayakan di Indonesia dengan tema Menyusu “Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusu Eksklusif 6 Bulan, Menyelamatkan Lebih dari Satu Juta Bayi”.

    Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini (early latch on) sebagai tindakan life saving, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global.

    “Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkwalitas, ”ujar Ibu Ani Yudhono dalam acara puncak pekan ASI Sedunia 2007.

    Inisiasi menyusu dini adalah dengan meletakkan bayi baru lahir di atas perut atau dada ibunya. Dalam waktu hampir 1 jam, bayi akan mulai bergerak mencari puting ibu dan mulai menyusu sendiri. Dr. Tami menyebutkan bahwa di luar negeri hal ini diketahui sudah lama tapi di Indonesia baru sejak tahun 2006 lalu.

    Inisiasi menyusu dini dapat membantu memunculkan refleks bayi untuk menyusui dan berperan penting untuk kesuksesan menjalankan ASI eksklusif. Sayangnya, belum semua tenaga kesehatan di Indonesia yang mengetahui hal ini.

    Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang pemberian air susu ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia sudah disahkan sejak 2004 lalu. Para ibu dan calon ibu dapat ikut mendukung program pemerintah dengan memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Mungkin hal kecil bagi kita tapi sangat berarti bagi kehidupan si bayi kelak.

  3. Kelebihan ASI dibanding Susu Formula

    Bayi yang diberi susu formula terancam obesitas. Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein jauh lebih banyak dari protein manusia. Kita tahu bahwa hewan cenderung lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan manusia.

    Tidak heran sebuah penelitian menyebutkan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk bayi yang mendapat susu formula. Pertumbuhannya lebih bagus dan jarang sakit. Tidak sedikit bayi diare akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi.

    Susu formula di pasaran kini banyak mengandung tambahan nutrisi berupa asam lemak seperti AA dan DHA yang dipercaya dapat mencerdaskan anak. Namun, bayi tidak memiliki kemampuan untuk mencerna semua zat gizi tersebut.

    Pada bayi produksi enzim belum sempurna untuk dapat mencerna lemak, sedangkan dalam ASI sudah disiapkan enzim lipase yang membantu mencerna lemak, dan enzim ini tidak terdapat pada susu formula atau susu hewan.

    Lemak yang ada pada ASI dapat dicerna maksimal oleh tubuh bayi dari pada lemak yang ada pada susu formula, sehingga tinja bayi susu formula lebih banyak mengandung makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuhnya.

    Kemudian, di dalam ASI terkandung asam lemak esensial yang tidak didapat di dalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah.

    Di dalam ASI juga terkandung Vitamin C, sehingga bayi ASI tidak perlu mendapat suplemen vitamin C, vitamin C biasanya diberikan untuk bayi-bayi yang diberi susu formula. Zat Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga tidak terserang anemia (kekurangan darh akibat defisinesi zat besi).

    Saat dilahirkan bayi mempunyai persediaan cukup zat besi, tetapi itu kembali kepada ibunya, apakah saat hamil dia mempunyai persediaan zat besi yang cukup. Semua jenis susu mengandung sedikit zat besi sekitar 100ml, atau 0.5-0.7mg/i, namun perbedaannya zat besi yang ada pada ASI dapat dicerna maksimal sampai 50% oleh bayi, berbeda dengan zat besi yang ada pada susu hewan yang hanya 10% saja.

    Pada tahun pertama kehidupannya, bayi sangat rentan terhadap penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah faktor anti-infektif yang membantu melindungi bayi dari infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya.

  4. Problema Ibu Menyusui

    Dr. Utami Roesli menyayangkan bahwa kurangnya informasi adalah kendala terbesar ibu tidak menyusui ASI. Informasi tentang susu formula jauh lebih banyak dan meyakinkan dibandingkan ASI sehingga para ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya.

    ASI adalah satu-satunya yang baik untuk bayi. Ibu sebaiknya memahami mengenai susu formula sebelum memberikannya kepada bayi. Carilah informasi yang tepat dan seimbang mengenai susu formula dan ASI.

    Sangat disayangkan bahwa tidak semua ibu bisa memberikan ASI eksklusif. Banyak faktor yang mempengaruhi sang ibu sehingga tidak bisa menyusui anaknya. Salah satunya adalah masalah psikologis ibu pasca melahirkan atau puting susu yang tidak normal. Bisa juga karena sakit kronis, infeksi payudara dan radang payudara.

    Kalau sudah begitu, jalan keluarnya adalah dengan memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula bagi bayi berumur di bawah satu tahun tidak dianjurkan. Dokter menyarankan agar bayi diberi ASI sampai berusia 6 bulan yang disebut dengan ASI Eksklusif dan tetap dilanjutkan sampai 2 tahun jika masih menyusui.

    Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada kondisi dimana susu formula boleh diberikan. Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan serta diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu.

3. Bijaksana memilih dan menggunakan Susu Formula

Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Bukan juga susu yang banyak dipakai oleh kebanyakan bayi atau susu yang paling laris.

Susu terbaik harus tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Susu yang terbaik juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan sebagainya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Anak tertentu bisa menerima susu A, tetapi anak lainnya bila minum susu A terjadi diare, muntah atau malah sulit buang air besar.

Semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan Standard RDA (Recomendation Dietery Allowence). Standar RDA untuk susu formula bayi adalah jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Dengan kata lain penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut. Susu yang paling enak dan disukai bukan juga merupakan pertimbangan utama pemilihan susu.

Meskipun susu tersebut disukai anak, tetapi bila menimbulkan banyak gangguan fungsi dan sistem tubuh maka akan menimbulkan banyak masalah kesehatan bagi anak. Tetapi sebaliknya bila gangguan saluran cerna anak baik dan tidak terganggu maka nafsu makan atau minum susu pada anak tidak akan terganggu.

Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Banyak penelitian masih bertolakbelakang untuk menyikapi pendapat tersebut.

Beberapa penelitian menunjukkan pemberian AA dan DHA pada penderita prematur tampak lebih bermanfaat. Sedangkan pemberian pada bayi cukup bulan (bukan prematur) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna mempengaruhi kecerdasan. Sehingga WHO hanya merekomendasikan pemberian AA dan DHA hanya pada bayi prematur saja.

Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula yang terbaik bagi anak:

  1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi.

  2. Langkah ke dua, harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir.

    Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak.

    Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.

  3. Masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga. Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya. Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang baik.

    Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut. Semua susu formula susu yang beredar untuk bayi dan anak jumlah kandungan kalori, vitamin dan mineralnya tidak berbeda jauh. Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula.

    Pemberian susu formula membutuhkan biaya yang besar. Untuk pembelian susu formula selama 6 bulan di Indonesia diperkirakan menghabiskan biaya Rp. 7,920 trilyun – Rp. 14,720 trilyun. Padahal belum tentu keluarga-keluarga tersebut mampu secara ekonomi. Bukan tidak mungkin ekonomi mereka semakin terpuruk.

  4. Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut.

Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.

sumber: www.medicastore.com