PEMERIKSAAN FISIK
PADA BAYI DAN BALITA
Oleh :
dr. Muhammad Akbar
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni
sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan
darah selalu dilakukan pertama kali.
TANDA VITAL (Vital
Sign)
Suhu
Pemeriksaan suhu akan
memberikan tanda suhu inti yang secara
ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu
tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu :
1. Ketiak
2. Mulut
3. Anus
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia
dibagi menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C.
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap
individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi
tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya,
sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat
menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf
simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk
dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.
Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan
aktivitas hampir
semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih
bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada
masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat
menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel
tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak
mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang
peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ
yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu
tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau
keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh
mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi
infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami
pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang
akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal,
sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi
maksimal jantung
dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya
dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah
'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan
kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya
seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki
tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak
bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi
diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Denyut
Denyut
merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran
kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang
lutut, arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis
posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung
jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus)
dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut
sekitar 50-80 per menit.
Kecepatan pernapasan
Biometrika Dasar
Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak
berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
Berat atau massa
Berat
atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat
kegemukan.
Nyeri
Pengukuran
nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri
diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak
dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga
'5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).
Struktur Dalam Penulisan Riwayat Pemeriksaan
Tampilan umum
- Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
- JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience), kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.
Sistem Organ
- Sistem kardiovaskular
- Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
- Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
- Pemeriksaan jantung
- Paru-paru
- Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
- Dada dan payudara
- Abdomen
- Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ (contohnya aneurisma aorta)
- Pemeriksaan rektum
- Sistem reproduksi
- Sistem otot dan gerak
- Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
- Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
- Kulit
- Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
- Peneriksaan tanda klinis pada kulit
PEMERIKSAAN FISIK PADA
BAYI
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat
dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
- Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
- Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
- Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
- Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Penilaian Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai
kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan
refieks dan warna kulit.
Cara:
- Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
- Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
·
Adaptasi baik : skor 7-10
·
Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
·
Asfiksia berat : skor 0-3
Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan
cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion,
seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami
polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang dari
500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan
plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta. Pemeriksaan ini
meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion.
Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
Pemeriksaan Tali pusat
Pemeriksaan
tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat, seperti
ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.
Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:
- Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500 gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi dise°but macrosomia.
- Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
- Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
- Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.
Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2.
Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
- Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak.
- Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
- Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
- Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
- Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
Pengukuran
Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996
Pemeriksaan Mata
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya
kelainan, seperti :
- Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
- Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
- Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
- Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
- Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
Pemeriksaan Hidung
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
Pemeriksaan Hidung
Cara:
- Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
- Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
- Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
- Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
- Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai Monilia albicans.
- Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan Pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
- Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
- Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
3. Lakukan palpasi daerah dada, untuk
menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordis
dengan menentukan posisi jantung.
4. Lakukan auskultasi paru dan jantung
dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi, dan suara napas/jantung.
Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 kali per menit. Suara
bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada daerah
dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
Pemeriksaan Abdomen
Cara:
- Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya kembung.
- Lakukan auskultasi adanya bising usus.
- Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
- Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara:
- Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
- Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.
Pemeriksaan Genetalia
Cara:
- Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
- Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan epispadia (defek pada dorsum penis).
Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara:
- Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau posisi anus.
- Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
- Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang cukup bulan).
- Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar