Sabtu, 04 Februari 2012

PRINSIP PEMBERIAN OBAT


PRINSIP PEMBERIAN OBAT

Oleh :

dr. Muhammad Akbar


Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas dalam postingan kali ini, namun ada baiknya juga kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan tersebut.



Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.

Peran Perawat/Bidan
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat/bidan yang paling penting. Perawat/bidan adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Prinsip Enam Benar
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat/bidan harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat/bidan harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a)      Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b)      Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c)      Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d)     Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e)      Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.




NAMA OBAT

·         Nama KIMIA
Memberi gambaran pasti komposisi obat, misal: asetil salisilat dikenal sebagai aspirin.
·         Nama GENERIK
Diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sebelum mendapatkan izin dari FDA. Misal: Aspirin.
·         Nama Dagang
Merek pabrik, nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan obat. Misal aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin.

KLASIFIKASI
·         Analgetik
·         Anti piretik
·         Anti inflamasi
·         Anti biotik
·         Dan lain-lain
Adakalanya sebuah obat dapat memiliki klasifikasi lebih dari satu, Misal: aspirin (analgetik, antipiretik, anti inflamasi).
Setiap gol obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan pemantauan yang tepat. Misal: golongan diuretik, memberikan implikasi keperawatan :
1. Memantau input dan output cairan
2. Menimbang BB tiap hari
3. Mengkaji adanya edema
4. Memantau kadar elektrolit serum

BENTUK OBAT
·         Kaplet
Dosis padat, bentuk seperti kapsul dan bersalut, sehingga mudah ditelan.
·         Kapsul
Dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus selongsong gelatin.
·         Eliksir
Cairan jernih berisi air atau alkohol, ditambah pemanis.
·         Ekstrak
Bentuk pekat
·         Gliserit
Dikombinasi dengan gliserin + 50%, untuk penggunaan luar.
·         Liniment
Obat gosok, dioleskan pada kulit.
·         Salep
Semisolid (Agak padat)
·         Pasta
Semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat dari pada salep.
·         Larutan
Cairan (per oral, parenteral)
·         Supposutoria
Dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat mencapai suhu tubuh.
·         Suspensi
Partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair.
·         Sirup
Obat larut dalam gula pekat, mengandung perasa membuat terasa lebih enak.
·         Tablet
Dosis bubuk dikompresi dalam cakram atau silinder yang keras.

SIFAT KERJA OBAT

FARMAKOKINETIK
Ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.

·         ORAL
·         PARENTERAL
·         TOPIKAL
·         INHALASI
·         INTRAOKULER

ORAL
·         Pemberian per oral
Paling mudah dan paling umum digunakan. Diberikan via mulut dan ditelan.
·         Pemberian sub lingual
Di bawah lidah, langsung larut (nitrogliserin).
·         Pemberian bukal
Menempatkan obat padat di membran mukosa pipi sampai obat larut, tidak dikunyah / ditelan.

PARENTERAL
• SC = sub kutan = injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
• ID = intra dermal = injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis.
• IM = intra muskular = injeksi ke dalam otot tubuh
• IV = intra vena = suntikan ke dalam vena.
Pemberian obat parenetral lainnya
• EPIDURAL
• INTRATEKAL
• INTRASEOSA
• INTRAPERITONEAL
• INTRAPLEURA
• INTRAARTERI

EPIDURAL
·         Obat diberikan dalam ruang epidural via kateter yang telah dipasang, missal; jalan analgesik post operasi.
·         Perawat yang telah mendapat pelatihan khusus dapat memberikan obat dalam bentuk bolus.

INTRATEKAL
·         Diberikan melalui sebuah kateter yang telah dipasang dalam ruang subaraknoid atau ke dalam salah satu ventrikel otak.
·         Biasanya dalam waktu jangka panjang melalui pembedahan.

INTRASEOSA
·         Memasukan obat langsung ke sumsum tulang.
·         Paling sering pada bayi, anak – anak dimana akses pembuluh darahnya buruk.
·         Digunakan pada kondisi darurat.
·         Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dalam tulang, biasanya ke tibia, sehingga perawat dapat memberikan obat.

INTRAPERITONEAL
·         Obat diberikan dalam rongga peritoneum. Misal: kemoterapi, antibiotik

INTRAPLEURA
·         Obat diberikan melalui dinding dada ke ruang pleura. Misal: kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk mengatasi efusif pleura).

INTRA ARTERI
·         Obat dimasukkan ke dalam arteri. Misal : infus arteri pada arteri yang mengalami pembekuan.

Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
  1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
  2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
  3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.

Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain.

Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
  1. Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
  2. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
  3. Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
  4. Mahalnya harga obat.
  5. Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
  1. Nama obatnya.
  2. Kegunaan obat itu.
  3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
  4. Jumlah total kali minum obat.
  5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu)
  6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
  7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
  8. Rute pemberian obat.
  9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
  10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
  11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
  12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak



WASSALAMU’ALAIKUM
WR.. WBR..

Tidak ada komentar: