PRINSIP PEMBERIAN OBAT
Oleh :
dr. Muhammad Akbar
Dalam
memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip
enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam
memberikan obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas dalam postingan
kali ini, namun ada baiknya juga kita mengetahui peran masing-masing profesi
yang terkait dengan upaya pengobatan tersebut.
Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap
diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu
tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker,
penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung
jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab
atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan
lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai
narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk
profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan
profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi
konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.
Peran Perawat/Bidan
Karena obat dapat menyembuhkan atau
merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat/bidan yang paling penting. Perawat/bidan adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat
itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada
pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup
rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Prinsip Enam Benar
1.
Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas
pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2.
Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama
generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya,
perawat/bidan harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat/bidan harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3.
Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus
memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang
menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1
amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti !
4.
Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui
sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a) Oral, adalah rute pemberian yang paling
umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat
dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
b) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa
Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit
atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d) Rektal, obat dapat diberi melalui rute
rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan.
Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian
obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
e) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui
saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat
luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau
dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.
Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi
obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat.
6.
Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila
pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
NAMA OBAT
·
Nama KIMIA
Memberi gambaran pasti komposisi obat, misal: asetil salisilat
dikenal sebagai aspirin.
·
Nama GENERIK
Diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sebelum mendapatkan
izin dari FDA. Misal: Aspirin.
·
Nama Dagang
Merek pabrik, nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan obat.
Misal aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin.
KLASIFIKASI
·
Analgetik
·
Anti piretik
·
Anti inflamasi
·
Anti biotik
·
Dan lain-lain
Adakalanya sebuah obat dapat memiliki klasifikasi lebih dari satu,
Misal: aspirin (analgetik, antipiretik, anti inflamasi).
Setiap gol obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan
pemantauan yang tepat. Misal: golongan diuretik, memberikan implikasi
keperawatan :
1. Memantau input dan output
cairan
2. Menimbang BB tiap hari
3. Mengkaji adanya edema
4. Memantau kadar elektrolit serum
2. Menimbang BB tiap hari
3. Mengkaji adanya edema
4. Memantau kadar elektrolit serum
BENTUK OBAT
·
Kaplet
Dosis padat, bentuk seperti kapsul dan bersalut, sehingga mudah
ditelan.
·
Kapsul
Dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus selongsong
gelatin.
·
Eliksir
Cairan jernih berisi air atau alkohol, ditambah pemanis.
·
Ekstrak
Bentuk pekat
·
Gliserit
Dikombinasi dengan gliserin + 50%, untuk penggunaan luar.
·
Liniment
Obat gosok, dioleskan pada kulit.
·
Salep
Semisolid (Agak padat)
·
Pasta
Semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat dari
pada salep.
·
Larutan
Cairan (per oral, parenteral)
·
Supposutoria
Dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat mencapai
suhu tubuh.
·
Suspensi
Partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair.
·
Sirup
Obat larut dalam gula pekat, mengandung perasa membuat terasa lebih
enak.
·
Tablet
Dosis bubuk dikompresi dalam cakram atau silinder yang keras.
SIFAT KERJA OBAT
FARMAKOKINETIK
Ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai tempat
kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
CARA PEMBERIAN OBAT
·
ORAL
·
PARENTERAL
·
TOPIKAL
·
INHALASI
·
INTRAOKULER
ORAL
·
Pemberian per oral
Paling mudah dan paling umum digunakan. Diberikan via mulut dan
ditelan.
·
Pemberian sub lingual
Di bawah lidah, langsung larut (nitrogliserin).
·
Pemberian bukal
Menempatkan obat padat di membran mukosa pipi sampai obat larut,
tidak dikunyah / ditelan.
PARENTERAL
• SC = sub
kutan = injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit.
• ID = intra
dermal = injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis.
• IM = intra
muskular = injeksi ke dalam otot tubuh
• IV = intra
vena = suntikan ke dalam vena.
Pemberian obat
parenetral lainnya
• EPIDURAL
• INTRATEKAL
• INTRASEOSA
•
INTRAPERITONEAL
• INTRAPLEURA
• INTRAARTERI
EPIDURAL
·
Obat diberikan dalam ruang
epidural via kateter yang telah dipasang, missal; jalan analgesik post operasi.
·
Perawat yang telah mendapat
pelatihan khusus dapat memberikan obat dalam bentuk bolus.
INTRATEKAL
·
Diberikan melalui sebuah
kateter yang telah dipasang dalam ruang subaraknoid atau ke dalam salah satu
ventrikel otak.
·
Biasanya dalam waktu jangka
panjang melalui pembedahan.
INTRASEOSA
·
Memasukan obat langsung ke
sumsum tulang.
·
Paling sering pada bayi, anak –
anak dimana akses pembuluh darahnya buruk.
·
Digunakan pada kondisi darurat.
·
Dokter menginsersi jarum
intraseosa ke dalam tulang, biasanya ke tibia, sehingga perawat dapat
memberikan obat.
INTRAPERITONEAL
·
Obat diberikan dalam rongga
peritoneum. Misal: kemoterapi, antibiotik
INTRAPLEURA
·
Obat diberikan melalui dinding
dada ke ruang pleura. Misal: kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk
mengatasi efusif pleura).
INTRA ARTERI
·
Obat dimasukkan ke dalam
arteri. Misal : infus arteri pada arteri yang mengalami pembekuan.
Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama,
yaitu :
- Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
- Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
- Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain
memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang
direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai
kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat
yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian
obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala
perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai
obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar.
Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien
mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini
terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis
rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain.
Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
- Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
- Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
- Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
- Mahalnya harga obat.
- Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.
Terapi obat yang efektif dan aman
hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan serta
kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan
KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
- Nama obatnya.
- Kegunaan obat itu.
- Jumlah obat untuk dosis tunggal.
- Jumlah total kali minum obat.
- Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu)
- Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
- Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
- Rute pemberian obat.
- Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
- Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
- Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
- Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
WASSALAMU’ALAIKUM
WR.. WBR..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar