Sabtu, 04 Februari 2012

KEBUTUHAN OKSIGENASI MANUSIA


PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN



1.      Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel.




Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi

Saluran pernapasan bagian atas.
a.       Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. 
b.      Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan esophagus.
c.       Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d.      Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah.
a.       Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
b.      Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c.       Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d.      Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan organ utama dalam system pernapasan.

Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
  1. Ventilasi, proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke dalam atmosfer.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.       Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b.      Adanya kondisi jalan napas yang baik
c.       Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi.

  1. Difusi, merupakan pertukaran antara o2 dari alveoli ke kapiler paru- paru dan co2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
a.       Luasnya permukaan paru-paru
b.      Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c.       Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2.
d.      Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Haemoglobin.

  1. Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
a.       Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. 
b.      Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olah raga dan lain-lain.




2.      Faktor-faktor  yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi 
a.    Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
b.    Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran pernapasan.
c.    Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
d.   Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
e.    Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
f.     Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.

3.      Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
a.    Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). 

b.    Perubahan Pola Pernapasan
1)      Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
2)      Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif.
3)      Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengkompensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain.
4)      Kussmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
5)      Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
6)      Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.
7)      Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.
8)      Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
9)      Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
10)  Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
11)  Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

c.    Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidak mampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, statis sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek  pengobatan sedative, dan lain-lain.

Tanda klinis :
1)      Batuk tidak efektif atau tidak ada
2)      Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas
3)      Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4)      Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal




d.      Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak baik.

Tanda klinis :
1)      Dispnea pada usaha napas
2)      Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
3)      Agitasi
4)      Lelah, alergi
5)      Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
6)      Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
7)      Sianosis.

4.      Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi
  1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress.
Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)      Atur posisi (duduk atau terlentang)
4)      Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup.
5)      Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
6)      Catat respon yang terjadi
7)      Cuci tangan 

  1. Latihan batuk efektif 
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari sekret atau benda asing.

Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)      Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
4)      Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan pernapasan diafragma.
5)      Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik 
6)      Batukkan 2  kali dengan mulut terbuka
7)      Tarik napas dengan ringan
8)      Istirahat
9)      Catat respons yang terjadi
10)  Cuci tangan

  1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2)      Nasal kateter, kanula, atau masker
3)      Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)      Cek flowmeter dan humidifier
4)      Hidupkan tabung oksigen
5)      Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6)      Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7)      Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
8)      Catat pemberian dan lakukan observasi.
9)      Cuci tangan

  1. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Pot sputum berisi desinfektan
2)      Kertas tisu
3)      Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
4)      Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja :

Postural drainage
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
4)      Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri)
5)      Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah)
6)      Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
7)      Observasi tanda vital selama prosedur 
8)      Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction.
9)      Lakukan hingga lendir bersih
10)  Catat respon yang terjadi
11)  Cuci tangan

Clapping 
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4)      Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk  punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk. 
5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum.
6)      Lakukan hingga lendir bersih
7)      Catat respon yang terjadi
8)      Cuci tangan

Vibrating 
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4)      Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.
5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot sputum.
6)      Lakukan hingga lendir bersih
7)      Catat respon yang terjadi
8)      Cuci tangan

  1. Pengisapan lendir 
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksegenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2)      Kateter pengisap lendir
3)      Pinset steril
4)      Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5)      Kasa steril
6)      Kertas tisu

Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3)      Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4)      Gunakan sarung tangan
5)      Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6)      Hidupkan mesin penghisap
7)      Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8)      Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9)      Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10)  Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11)  Lakukan hingga lendir bersih
12)  Catat respon yang terjadi
13)  Cuci tangan