Minggu, 21 Desember 2008

TINITUS




Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengarkan bunyi tanpa ada rangsang bunyi dari luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendengung, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain.



Tinitus dapat dibagi atas tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Tinitus subjektif, biala suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degenaratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.


Patofisiologi tinitus

Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsasi).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain.
Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.



Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.
Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid-body tumour), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000Hz)
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin, digitalis, kanamysin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.



Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal.


Diagnosis


Tinitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk pengobatannya perlu ditegakkatn diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya sulit untuk diketahui. Anamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakkan diagnosis tinitus. Perlu ditanyakan kualitas dan kuantitas tinitus, adanya gejala lain yang menyertai, misalnya adanya vertigo dan atau gangguan pendengaran serta gejala neurologik lain, riwayat terjadinya tinitus unilateral atau bilateral, apakh sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala, audiometri tutur, bila perlu dilakukan pemeriksaan BERA dan atau ENG serta pemeriksaan laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah : lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik. Bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologik. Tinitus subjektif unilateral disertai gangguan pendengaran perlu dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma kepala. Bila tinitus bilateral kemungkinan terjadi pada intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising, dan penyakit sistemik lain. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri kemungkinannya disaraf pusat. Kualitas tinitus, bila tinitus bernada tinggi biasanya kelainannya pada daerah basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral. Tinitus bernada rendah seperti gemuruh ombak khas untuk kelainan koklea seperti hidrops endolimfa.




Pengobatan


Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur.
Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
  1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
  2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
  3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral.
  4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma.
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut.
Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

OTITIS EKSTERNA

Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology - Head & Neck Surgery

KUNCI DIAGNOSIS
Otalgia, otorrhea, pruritus, penurunan pendengaran, riwayat paparan air .
Perih pada pinna dan canal; canal erythema, edema, dan debris purulent.
Kultur untuk kasus refrakter.


Pendahuluan
Otitis externa merupakan proses peradangan dan infeksi pada EAC (External Auditori Canal). Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sering ditemukan pada infeksi ini. Bakteri yang lebih jarang yang diisoloasi termasuk spesies Proteus, Staphylococcus epidermidis, diphtheroids, dan Escherichia coli. Otitis eksterna akibat jamur tidak dibahas pada artikel ini dan dijelaskan lebih lanjut di seksi lainnya (Otomikosis).

Pathogenesis

Pada stadium preinflamasi, telinga terpapar dengan faktor predisposisi, termasuk panas, kelembaban, luka (maserasi), absennya serumen, dan pH yang basa. Hal ini dapat menyebabkan edema pada stratum korneum dan oklusi pada unit apopilosebaseus. Pada stadium inflamasi, terjadi pertumbuhan bakteri, disertai dengan edema progresif dan nyeri yang semakin berat. Resolusi yang tidak sempurna atau inflamasi persisten selama lebih dari 3 bulan dikategorikan sebagai stadium inflamasi kronik.


Penemuan Klinis

Gejala otitis eksterna dapat beragam, tergantung dari stadium dan perluasan penyakit. Diagnosis klinis ditegakkan dengan adanya keberadaan otalgia, otorrhea, rasa penuh, pruritus, nyeri pada palpasi, dan beragam derajat oklusi pada EAC. Pasien juga dapat datang dengan penurunan pendengaran yang terjadi akibat oklusi pada EAC karena edema dan debris. Tanda otitis eksterna termasuk nyeri pada penyentuhan pinna; adanya eritema, edema, otorrhea, pembentukan krusta pada EAC; dan pada keadaan yang lebih berat, limfadenopati pada nodus limfe periauricular dan servikal anterior. Perubahan kulit akibat selulitis dapat pula muncul. Pada keadaan kronis, kulit EAC dapat menebal. Kultur dapat bermanfaat untuk kasus infeksi berulang untuk menetukan penanganan yang tepat.

Gambaran CT-Scan resolusi tinggi memperlihatkan edema jaringan lunak pada kanalis auditoris eksternal yang merupakan gambaran otitis eksterna.


Penatalaksanaan


Penanganan otitis eksterna termasuk debridement atraumatik pada EAC yang teliti dengan bantuan mikroskop. Untuk analgesia dapat diberikan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), opioids, atau preparat steroid topikal. Setelah pembersihan selesai, preparat tetes telinga yang bersifat antiseptis, mengasamkan, atau antibiotic (atau kombinasi dari ketiga sifat tersebut) sebaiknya diberikan. Jika derajat stenosis kanal berat, sebuah sumbu diletakkan secara hati-hati untuk menyalurkan tetesan pada bagian medial dari kanal.

Preparat antiseptic yang tersedia, termasuk asam acetic dan boric, ichthammol, phenol, aluminum acetate, gen­tian violet, thymol, thimerosal (mis, Merthiolate), cresylate, dan alkohol. Preparat antibiotic yang dapat digunakan termasuk ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B, neomycin, chloramphenicol, gentamicin, dan tobramycin. Polymyxin B dan neomycin biasanya digunakan bersamaan untuk penanganan infeksi akibat S aureus dan P aeruginosa. Ofloxacin dan ciprofloxacin merupakan antibiotic tunggal dengan spectrum yang sangat luas untuk hampir semua bakteri pathogen yang menyebabkan otitis eksterna. Preparat steroid dapat membantu mengurangi edema dan otalgia. Antibiotik sistemik diindikasikan untuk infeksi yang menyebar melewati EAC. Untuk otitis eksterna kronis, kanalplasty dapat diindikasikan untuk penebalan kulit yang menyebabkan obstruksi kanal. Pasien diminta untuk menghindari manipulasi EAC atau paparan air jika mereka memiliki riwayat otitis eksterna

FIBROADENOMA MAMMAE

Fibroadenoma pada Payudara

(Terjemahan Current Medical Diagnosis & Treatment 2008 - Fibrocystic Condition )



Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien.


Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis; perkambangannya dianggap suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm.
Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan. Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormone.
Gambar 1. Lokasi terjadinya patologi Fibroadenoma pada payudara
Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi.


Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih controversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.

ANGKA KEJADIAN KANKER

Angka Kematian Akibat Kanker Meningkat 2 Kali Lipat pada Tahun 2030
Laporan Memperkirakan Negara Miskin Akan Mengalami Peningkatan
Angka Kejadian Kanker

By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD


Dec. 9, 2008 -- Kematian akibat kanker secara global diperkirakan akan meningkat berlipatganda pada dua dekade yang akan datang, peningkatan dramatis kebanyakan pada negara dengan pendapatan menengah kebawah akibat penggunaan tembakau dan gaya hidup yang kebarat-baratan.

Laporan terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC) mengeksplorasi beban kanker secara global, yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 2010

Laporan ini memperkirakan bahwa:

* Pada tahun 2030, 27 juta kasus kanker baru dan 17 juta kematian akibat kanker akan terjadi tiap tahunnya diseluruh dunia. Dibandingkan dengan 12 juta kasus baru kanker dan sekitar 8 juta kematian akibat kanker pada tahun 2007.
* Berdasar dari tren terkini, angka diagnosis kanker kemungkinan akan meningkat 1% tiap tahunnya, begitu pula kematian akibat penyakit ini.
* China, Russia, dan India diperkirakan akan memiliki peningkatan kanker dan kematian akibat kanker.
* Faktor merokok dan gaya hidup seperti obesitas akan mengambil alih infeksi kronik sebagai penyebab kanker terbanyak pada negara dengan pendapatan menengah kebawah

Proyeksi ini sangat berbeda dengan trend kanker yang berkembang di Amerika Serikat.

Suatu laporan yang dipublikasikan pada bulan ini menunjukkan penurunan baik pada insiden kanker dan kematian akibat kankeer untuk pertama kalinya dalam dekade ini.

Hal ini mempertegas fakta bahwa beban kanker sekarang telah bergeser ke negara berkembang, kata IARC Director Peter Boyle, MD, kepada WebMD.

"Empat puluh tahun lalu, kanker merupakan penyakit pada negara-negara industri dengan sumber daya yang kaya," kata Boyle. "Hal ini tidak benar lagi. Dahulu, ketika kita berpikir tentang negara miskin, kita berpikir bahwa penyakit menular sebagai pembunuh terbesar. Akan tetapi tiap tahunnya kebanyakan orang meninggal akibat kanker daripada akibat AIDS, tuberkulosis, dan malaria."

Beban Akibat Kanker Akan Berlipat Ganda

Diseluruh dunia, beban akibat kanker berlipat ganda mulai dari tahun 1975 hingga tahun 2000, dan diperkirakan akan berlipat ganda kembali pada tahun 2020 dan tiga kali lipat hingga 2030.

Boyle mengatakan bahwa pada tahun 1970, hanya 15% kanker terjadi pada negara menengah ke bawah.

Sekarang, lebih dari setengah kasus kanker dan dua pertiga kematian akibat kanker terjadi pada negara-negara ini, dan keadaan tersebut kemungkinan meningkat

Peningkatan jumlah perokok pada negara dengan pemasukan menengah ke bawah, yang dimulai pada tahun 1980 dan awal 1990, merupakan penyebab tunggal utama peningkatan angka kanker yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.

Memerlukan waktu 40 tahun bagi peningkatan angka perokok untuk dapat tergambarkan pada penyakit akibat rokok seperti kanker dan emfisema, sebut Boyle.

"Perusahaan rokok mulai promosi besar-besaran pada negara-negara berpendapatan menengah kebawah ini pada awal tahun 1990 dan sekitar tahun yang sama kami bekerja sangat aggresif untuk mengurangi penggunaan rokok pada negara barat," katanya .

Menurut laporan tersebut:

* Sekitar 1.3 milliar orang merokok diseluruh dunia.
* Sekitar 12% kanker pada negara pemasukan rendah disebabkan oleh rokok, akan tetapi jumlah tersebut akan meningkat secara bermakna
* Kanker paru paling banyak membunuh dibanding jenis kanker lainnya didunia.

Kanker payudara juga mengalami peningkatan pada negara pendapatan rendah, dimana insidennya meningkat 5% tiap tahunnya

dan Kanker serviks, yang paling mudah dicegah dan ditangani, merupakan penyebab utama kematian akibat kanker diantara wanita yang tinggal di negara miskin, termasuk banyak daerah di Afrika.

CEPHALGIA

Pendahuluan
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya. Walaupun lesi structural jarang ditemukan pada kebanyakan pasien yang mengalami cephalgia, keberadaan lesi tersebut tetap penting untuk diwaspadai. Sekitar satu pertiga pasien tumor otak, sebagai contoh, datang dengan keluhan utama sakit kepala1
Intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri –terutama durasi dari cephalgia dan keberadaan gejala neurologik terkait- dapat memberikan tanda penyebab. Migraine atau nyeri kepala tipe tegang biasanya dijelaskan sebagai sensasi berdenyut; sensasi tekanan juga umum terdapat pada nyeri kepala tipe tegang. Nyeri seperti tertusuk-tusuk menandakan penyebab neuritik; nyeri okuler dan periorbital menandakan terjadinya migraine atau nyeri kepala kluster, dan nyeri kepala persisten merupakan gejala tipikal dari massa intracranial. Nyeri okuler dan periokuler menandakan gangguan ophtalmologik, nyeri dengan sensasi terikat umum pada nyeri kepala tipe tegang. Pada pasien dengan sinusitis, mungkin didapatkan rasa nyeri pada kulit dan tulang sekitar.1






Cephalgia menandakan aktivasi dari serat afferent primer yang menginnervasi pembuluh darah cephalic, terutama pembuluh darah meningeal atau cerebral.Kebanakan serat nosiseptif yang menginnervasi struktur ini berasal dari neuron pseudounipolar yang terletak dalam ganglia trigerminal (divisi pertama), walaupun beberapa lainna berasal dari dalam ganglia servikal bagian atas. Rangsangan yang mengaktivasi serat ini cukup bervariabel, mulai dari traksi mekanikal langsung akibat tumor sampai iritasi kimia yang disebabkan oleh infeksi SSP atau perdarahan subarachnoid. Pada pasien dengan gangguan cephalgia sekunder, sakit kepala berasal dari sumber struktur atau peradangan yang dapat teridentifikasi. Penanganan terhadap abnormalitas primer tersebut dapat mengakibatkan penyembuhan sakit kepala. Akan tetapi kebanyakan pasien dengan sakit kepala yang kronik memiliki gangguan cephalgia primer seperti migraine atau nyeri kepala tipe tegang, dimana pada keadaan ini pemeriksaan fisik dan laboratorium biasanya normal.2,3
Teori vasogenik yang mengatakan bahwa vasokonstriksi intracranial berperan terhadap terjadinya gejala aura migraine dan cephalgia terjadi akibat dilatasi “rebound” atau distensi pembuluh cranial dan aktivasi dari akson nosiseptif perivaskuler. Teori ini berdasarkan pengamatan dari adanya (1) Pelebaran pembuluh ekstrakranial dan denyut selama serangan migraine terjadi pada kebanyakan pasien, sehingga menandakan kemungkinan peranan penting dari pembuluh cranial; (2) Rangsangan pembuluh intracranial pada pasien yang terjada mengakibatkan sakit kepala ipsilateral; dan (3) Zat yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, seperti ergot alkaloid, ergot alkaloids, meringankan sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrat, dapat memicu serangan.2
Hipotesis lainnya yaitu teori neurogenik, yaitu mengidentifikasi otak sebagai pusat migraine dan menyatakan bahwa kemugkinan serangan migrain menandakan ambang nyeri intrinsic otak untuk tiap individu; perubahan vaskuler yang terjadi saat migraine merupakan akibat bukan penyebab dari serangan migraine. Dukungan dari hipotesis ini berdasar pada serangan migraine biasanya diikuti dengan beragam gejala fokal (pada aura) dan vegetatif (pada prodromal) yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana dari terjadinya vasokonstriksi dalam distribusi tunggal neurovaskuler.3
Sepertinya elemen dari kedua teori ini telah dapat menjelaskan beberapa patofisiologi dasar dari migraine dan gangguan cephalgia primer lainnya. Pencitraan (i.e., magnetic resonance imaging [MRI] dan positron emission tomography [PET]) dan pemeriksaan genetic yang mengkonfirmasi bahwa migraine dan cephalgia terkait merupakan gangguan dari neurovaskuler.2


Klasifikasi
Berdasar dari banyak penelitian mengenai jenis nyeri kepala dan melibatkan sekitar 100 orang ahli neurologi, maka International Headache Society mengembangkan klasifikasi ”International Classification of Headache Disorders, 2nd edition” untuk nyeri kepala.
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu migraine, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala cluster – trigerminal, dan nyeri kepala primer lainnya.4






Migraine
Istilah migraine berasal dari kata Yunani yang berarti “sakit kepala sesisi”. Memang pada 2/3 penderita migraine, nyerinya dirasakan secara unilateral, tetapi pada 1/3 lainnya dinyatakan pada kedua belah sisi secara bergantian dan tidak teratur. Rasa nyeri ini disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah besar intracranial dan dibebaskannya substansi neurokinin ketika vasodilatasi terjadi. Penyebab vasodilatasi ini belum diketahui.5
Terdapat dua syndrome klinis migraine, yaitu migraine dengan aura dan migraine tanpa aura. 4,6. Selama beberapa tahun, migraine dengan aura dikatakan sebagai migraine klasik dan sindrom yang kedua dikatakan sebagai migraine umum. Migrain disertai aura diawali dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala hemikranial (unilateral), mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan selama beberapa jam kadangpula terjadi dalam sehari penuh bahkan lebih. Migrain tanpa aura merupakan nyeri kepala hemikranial disertai atau tanpa mual muntah yang terjadi secara tiba-tiba tanpa gangguan fungsi saraf sebagai pertanda dan gejala ini terjadi dalam beberapa menit atau jam. Aspek hemikranial dan sensasi berdenyut merupakan karakteristik paling khas yang membedakan migraine dengan jenis nyeri kepala lainnya.6
Terdapat banyak jenis farmakoterapi yang digunakan untuk mengatasi migraine dan pemilihan untuk tiap pasien bergantung dari tingkat keparahan serangan, gejala terkait seperti mual dan muntah, permasalahan komorbid, dan respon pasien terhadap pengobatan. Pemberian analgesic tunggal atau dikombinasikan dengan komponen lainnya telah terbukti meringankan nyeri kepala ringan hingga berat. Agonis 5-HT1 dan/atau analgesi opioid dapat diberikan dan dapat dikombinasikan dengan antagonis dopamine jika migraine tergolong berat. Penggunaan farmakoterapi ini harus dibatasi hingga 2-3 hari dalam seminggu untuk mencegah berkembangnya fenomena nyeri kepala rebound.7


Nyeri Kepala Tipe Tegang
Nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri kepala tanpa sebab yang jelas dan kurang memiliki gambaran khas dibanding migraine dan nyeri kepala cluster. Mekanisme patofisiologi yang mendasarinya tidak diketahui secara pasti dan ketegangan sepertinya bukan penyebab utama. Kontraksi dari otot leher dan kulit kepala yang selama ini telah dikatakan sebagai penyebab, kemungkinan hanya merupakan fenomena sekunder. 8
Pada umumnya, NKTT merupakan gangguan kronik yang bermulai setelah umur 20 tahun. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri kepala bilateral pada bagian occipital tanpa sensasi denyutan dan tidak disertai rasa mual, muntah, atau gangguan penglihatan. Nyeri biasa dideskripsikan seperti ada pita yang mengikat kepala dengan ketat. Wanita lebih sering terkena dibanding pria. 8
Walaupun NKTT dan migraine dianggap suatu gangguan yang berbeda, tidak jarang ditemukan pasien yang mengalami nyeri kepala dengan gejala keduanya. Pasien yang diklasifikasikan NKTT seperti ini mengalami nyeri kepala berdenyut, nyeri kepala unilateral, atau mengalami muntah pada saat serangan. Konsekuensinya, mungkin lebih tepat menganggap NKTT dan migraine merupakan perwakilan dari suatu kutub berlawanan dari satu spectrum klinis 8
Nyeri kepala tipe tegang dapat diatasi dengan pemberian analgesic sederhana, seperti aspirin atau asetaminophen atau jenis NSAID lainnya. Akan tetapi pengobatan ini hanya diberi dalam periode yang singkat. Nyeri kepala tipe tegang berespon sangat baik pada obat yang digunakan untuk menanganai depresi atau kecemasan, terutama jika kedua gangguan ini ditemukan. Raskin melaporkan keberhasilan menanganai NKTT dengan calcium channel blocker, phenelzine, atau cyptoheptadine. Ergotamine dan propanolol kurang efektif kecuali ditemukan gejala migraine dan NKTT secara bersamaan. Teknik relaksasi juga dapat digunakan untuk mengatasi stress dan kecemasan yang dapat menyebabkan terpicunya NKTT.6,9


Nyeri Kepala Cluster
Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit. 8,10
Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejala gastrointestinal 10
Serangan nyeri kepala cluster nokturnal dapat ditangani dengan dosis ergotamine sebelum tidur untuk mencegah serangan. Pemberian lidocaine intranasal atau sumatriptan dapat pula digunakan pada serangan akut. Pada beberapa pasien, ergotamine diberikan satu kali atau dua kali perhari juga terbukti bermanfaat. Jika ergotamine dan sumatriptan tidak efektif mengatasi serangan, beberapa neurolog pakar nyeri kepala menyarankan penggunaan verapamil dengan dosis hingga 480 mg per hari. Ekbom memperkenalkan terapi lithium untuk nyeri kepala cluster dan Kudrow telah membuktikan efektivitas lithium pada kasus kronik. Indomethacin dengan dosis 75 mg hingga 200 mg/hari telah dilaporkan berhasil pada kasus kronik akan tetapi beberapa pasien juga tidak mengalami perbaikan. Beberapa kasus nyeri kepala cluster tidak dapat diatasi dengan terapi farmakoterapi dan membutuhkan pemotongan nervus trigerminus parsial, seperti dideskripsikan Jarrar dkk.6



COMMON COLD

Common Cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi(1).

Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dll)(2,3).
Faktor predisposisi adalah kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim(1).
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak(2,4). Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didap[at rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri(1).




Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen(5,6).
Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. N. amun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu(5).
Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5).
Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia(1).
ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain(7).
Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua(7).
Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam [untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%)(7).
Bayi yang mengalami wheezing ketika mereka terkena infeksi dengan rhinovirus lebih mungkin untuk mempunyai diagnosa sakit asma pada saat mereka berusia 6 tahun, menurut penyelidik yang memperkenalkan penemuan mereka pada 63rd pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. 41 sampel yang mengalami wheezing pada saat terkena infeksi rhinovirus saat mereka bayi( 54%) mempunyai diagnosa sakit asma oleh pada umur 6 tahun dibandingkan dengan 23% dari 214 anak-anak yang tidak mengalami wheezing pada infeksi rhinovirus ( P= . 0002)(8).
Selama ini preparat Echinacea sering digunakan untuk mengobati common cold. Tetapi tidak ada konsensus yang benar-benar menjelaskan apakah Echinacea dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Placebo yang dibandingkan dengan Echinacea yang tidak disuling tidak dapat memberikan manfaat atau kerugian pada mahasiswa University of Wisconsin Medical School yang mengalami common cold(9).
Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh dari anak-anak di dunia menghirup asap rokok di rumah dan keadaan pre dan post natal berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh common cold(10).