KEJANG DEMAM
Oleh :
dr. Muhammad Akbar
Definisi
Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan
ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang
demam adalah 38 derajat celcius atau lebih (Soetomenggolo, 1989; Lumbantobing,
1995). Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron
otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya
atau dari substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari
luar otak (Freeman, 1980).
Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber
di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang
demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987;
Soetomenggolo, 1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat
seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT
(pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Faktor
lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :
-
Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
-
Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
-
Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
-
Gabungan dari faktor-faktor diatas.
Patofisiologi
Sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat
dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron disebabkan oleh :
- Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari sekitarnya.
- Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada
keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme
basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak
yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan
pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius.
Klasifikasi
Kejang Demam
Menurut
Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :
1.
Kejang demam sederhana
Diagnosisnya :
-
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
-
Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15
menit.
-
Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1th
tidak > 4 kali.
-
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
-
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
-
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
2.
Epilepsi yang diprovokasi demam
Diagnosisnya :
-
Kejang lama dan bersifat local.
-
Umur lebih dari 6 tahun.
-
Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun.
-
EEG setelah tidak demam abnormal.
Menurut
sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
1.
Kejang demam kompleks
Diagnosisnya :
-
Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
-
Kejang berlangsung lebih dari 15 menit.
-
Kejang bersifat fokal/multiple.
-
Didapatkan kelainan neurologis.
-
EEG abnormal.
-
Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun.
-
Temperatur kurang dari 39 derajat celcius.
2.
Kejang demam sederhana
Diagnosisnya :
-
Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
-
Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat.
-
Kejang bersifat umum (tonik/klonik).
-
Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah
kejang.
-
Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun.
-
Temperatur lebih dari 39 derajat celcius.
3.
Kejang demam berulang
Diagnosisnya :
-
Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam (Soetomenggolo,
1995).
Manifestasi
klinik
Serangan kejang biasanya terjadi
dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan
dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak member reaksi apapun
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap.
Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang
pertama (Soetomenggolo, 1995).
Durasi kejang bervariasi, dapat
berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis
kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1
tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi
dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30
menit.
Pemeriksaan
Fisik dan Laboratorium
Pada kejang demam sederhana, tidak
dijumpai kelainan fisik neurologi maupun laboratorium. Pada kejang demam
kompleks, dijumpai kelainan fisik neurologi berupa hemiplegi, diplegi
(Goodridge, 1987; Soetomenggolo, 1989). Pada pemeriksaan EEG didapatkan
gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi,
kenaikan aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam (Soetomenggolo, 1989).
Perlambatan aktivitas EEG kurang mempunyai nilai prognostic, walaupun penderita
kejang demam kompleks lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian
hari (Soetomenggolo, 1995).
Diagnosis
Diagnosis kejang tidak selalu mudah.
Ensefalopati tanpa sebab yang jelas kadang memberi gejala kejang yang hebat.
Sinkop atau kejang sebagai refleksi anoksia juga dapat terpacu oleh demam.
Demam menggigil pada bayi juga dapat keliru dengan kejang demam. Sering orang
tua menyangka anak gemetar karena suhu yang tinggi sebagai kejang.
Diagnosis
didasarkan atas gejala dan tanda menurut kriteria Livingstone sebagai berikut :
- Umur anak kejang pertama antara 6 bulan sampai 4 tahun.
- Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah mulai panas.
- Kejang bersifat umum.
- Kejang berlangsung tak lebih dari 15 menit.
- Frekuensi bangkitan tak lebih dari 4 kali dalam setahun.
- Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukkan kelainan.
- Tidak didapatkan kelainan neurologic.
(Pedoman
tatalaksana medik anak RSUP DR. SARDJITO, 1991)
Diferensial
Diagnosa
Kejang dengan suhu badan yang tinggi
dapat terjadi karena kelainan lain, misalnya radang selaput otak (meningitis),
radang otak (ensefalitis), dan abses otak.
Menegakkan diagnosa meningitis tidak
selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih muda. Pada kelompok ini
gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya kurang nyata.
Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal harus
dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal yang umumnya diambil melalui fungsi
lumbal (Lumbatobing, 1995).
Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam
ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
-
Mengatasi kejang secepat mungkin.
-
Pengobatan penunjang.
-
Memberikan pengobatan rumat.
-
Mencari dan mengobati penyebab.
-
Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai
panas.
-
Pengobatan akut.
A. Mengatasi kejang secepat mungkin
Sebagai orang tua jika mengetahui
seorang kejang demam, tindakan yang perlu kita lakukan secepat mungkin adalah
semua pakaian yang ketat dibuka. Kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar
oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa digigit
seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya lidah atau
tertutupnya jalan nafas. Bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres
dengan es/alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas/antipiretik.
B. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan
di rumah, tanda vital seperti suhu, tekanan darah, pernafasan dan denyut
jantung diawasi secara ketat. Bila suhu penderita tinggi dilakukan dengan
kompres es atau alkohol. Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama
adalah diazepam yang diberikan secara per rectal, disamping cara pemberian yang
mudah, sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya (Lumbantobing, SM,
1995). Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui
dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10
kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya
0,4-0,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang
tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit
dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak
diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul
setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
C. Pengobatan rumat
Setelah
kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim
penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan
ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Profilaksis intermitten
Untuk
mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam sederhana
diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan
kepada anak yang bila menderita demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialah
fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping paling
sedikit dibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya.
Obat yang
kini ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah
diazepam, baik diberikan secara rectal maupun oral pada waktu anak mulai terasa
panas.
Profilaksis
intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita
kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
2. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis
jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil
dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di
kemudian hari.
Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
a. Fenobarbital
Dosis 4-5
mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah
perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan
kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
b. Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya
ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh
lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa
mual, kerusakan hepar, pancreatitis.
c. Fenitoin
Diberikan
pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif
sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian
antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan
sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian
antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3
atau 6 bulan.
D. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik
sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas
dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk
mengobati infeksi tersebut.
Secara akademis pada anak dengan
kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan
pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak
misalnya meningitis.
Apabila menghadapi penderita dengan
kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan
pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium,
natrium, nitrogen, dan faal hati.
E. Mencegah Terjadinya kejang dengan
cara anak jangan sampai panas
Dalam hal ini tindakan yang perlu
ialah mencari penyebab kejang demam tersebut. Misalnya pemberian antibiotik
yang sesuai untuk infeksi. Untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali
dapat menimbulkan panas pada anak sebaiknya diberi antikonvulsan atau menjaga
anak agar tidak sampai kelelahan, karena hal tersebut dapat terjadi aspirasi
ludah atau lendir dari mulut.
Kambuhnya kejang demam perlu dicegah
karena serangan kejang merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan
bagi keluarga. Bila kejang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang menetap (cacat).
Ada 3 upaya yang dapat dilakukan :
1. Profilaksis intermitten.
2. Profilaksis terus menerus dengan
obat antikonvulsan tiap hari.
3. Mengatasi segera jika terjadi
serangan kejang.
F. Pengobatan Akut
Dalam pengobatan akut ada 4 prinsip,
yaitu :
1. Segera menghilangkan kejang.
2. Turunkan panas.
3. Pengobatan terhadap panas.
4. Suportif.
Diazepam diberikan dalam dosis
0,2-0,5 mg/kgBB secara IV perlahan-lahan selama 5 menit.
Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:
1. Bebaskan jalan nafas, pakaian
penderita dilonggarkan kalau perlu dilepaskan.
2. Tidurkan penderita pada posisi
terlentang, hindari dari trauma. Cegah trauma pada bibir dan lidah dengan
pemberian spatel lidah atau sapu tangan diantara gigi.
3. Pemberian oksigen untuk mencegah
kerusakan otak karena hipoksia.
4. Segera turunkan suhu badan dengan
pemberian antipiretika (asetaminofen/parasetamol) atau dapat diberikan kompres
es.
5. Cari penyebab kenaikan suhu badan
dan berikan antibiotic yang sesuai.
6. Apabila kejang berlangsung lebih
dari 30 menit dapat diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak dengan
menggunakan cortisone 20-30 mg/kgBB atau dexametason 0,5-0,6 mg/kgBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar