Blepharitis Anterior
Blepharitis anterior merupakan inflamasi kronik yang umum terjadi pada perbatasan kelopak mata. terdapat dua tipe yaitu staphylococcal dan sebrrhoik. Blepharitis staphylococcus dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, dimana biasanya bersifat ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau staphylococci negatif coagulase. Blepharitis seborrhoik (nonulseratif) biasanya terkait dengan keberadaan Pityrosporum ovale, walaupun organisme ini belum terbukti bersifat kausatif. Seringkali, kedua tipe ditemukan (infeksi campuran). Seborrhoik pada kulit kepala, alis, dan telinga seringkali terkait dengan blepharitis seborrhoik.
Gejala utama adalah iritasi, perih, dan gatal pada batas kelopak mata. Mata berwarna sedikit kemerahan. Terlihat banyak sisik dan granulasi melekat pada bulu mata pada kelopak mata atas dan bawah. Pada tipe staphylococcal, sisik kering, kelopak mata memerah, sedikit area ulserasi ditemukan pada batas kelopak mata, dan bulu mata cenderung berguguran. Pada tipe seborrhoik, sisik terlihat berminyak, ulserasi tidak terjadi, dan kelopak marah sedikit memerah dibanding tipe staphylococcal. Pada tipe campuran, baik sisik kering dan berminyak terlihat dan batas kelopak mata memerah dan dapat berulserasi, S. aureus dan P. ovale dapat terlihat pada pewarnaan bagian yang dikerok dari kelopak mata
Blepharitis Staphylococcal dapat disertai (berkomplikasi) dengan hordeola, chalazion, keratitis epitel kornea, dan infiltrat kornea marjinal. Kedua bentuk blepharitis anterior ini merupakan predisposisi dari konunctivitis rekuren.
Kulit kepala, alis, dan kelopak mata harus dalam keadaan bersih, terutama pada tipe seborrhoik, dengan menggunakan sabun dan shampo. Sisik harus dibuang dari kelopak mata setiap hari dengan aplikator katun basah dan shampo baby.
Belpharitis Staphylococcal dapat diatasi dengan pemberian antibiotik antistaphylococcal atau salep mata sulfonamide diberikan pada aplikator katun setiap hari pada batas kelopak mata.
Tipe seborrhoik dan staphylococcal biasanya tercampur dan dapat menjadi kronik dalam periode bulan bahkan tahun jika tidak ditangani secara adekuat; konjuntivitis terkait infeksi staphylococcus atau keratitis biasanya menghilang setelah pengobatan antistaphylococcus lokal.
Blepharitis Posterior
Blepharitis Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata akibat adanya disfungsi dari kelenjar meibom. Seperti blepharitis anterior, penyakit ini bersifat bilateral, kondisi kronik. Blepharitis anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan. Derrmatitis seborrhoik biasanya terkait dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau infeksi jenis staphylococcus seringkali menyebabkan penyakit kelenjar meibom dan dapat menjadi alasan terjadinya gangguan pada fungsi kelenjar meibom. Lipase bakteri menyebabkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva dan gangguan pada organ lakrimasi
Blepharitis posterior mempunyai manifestasi klinis yang luas, yang melibatkan kelopak mata, apparatus lakrimalis, konjungtiva, dan kornea. Perubahan kelenjar meibom termasuk inflamasi pada orificium meibom (meibomianitis), tersumbatnya orificium oleh sekresi yang kering dan tebal, dilatasi kelenjar meibom pada sisi tarsal, dan produksi sekresi lembut, kental, lengket yang abnormal yang dapat menekan kelenjar. Hordeolum dan chalazion dapat terjadi. Batas kelopak mata hyperemis dan terdapat telangiektasis. Kelopak mata juga menjadi lebih bundar dan tertarik ke dalam akibat pembentukan jaringan parut pada konjunctiva tarsal, menyebabkan hubungan abnormal antara lapisan air mata prekornea dan orificium kelenjar meibom. Air mata dapat sedikit berbuih dan terlihat lebih berminyak. Hipersensitivitas pada staphylococci dapat menyebabkan keratitis epitelial. Kornea dapat mengalami vaskularisasi perifer dan penipisan, terutama pada bagian inferior.
Penanganan blepharitis posterior bergantung pada konjungtiva yang terkait dan perubahan kornea. Inflamasi pada struktur ini mengharuskan pengobatan aktif, termasuk antibiotik dosis rendah jangka panjang – biasanya dengan doxycycline (100mg dua kali sehari) atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), namun pemilihan anntibiotik juga perlu dipandu hasil kultur kelopak mata dan disertai dengan steroid topikal (jangka pendek), misal dengan prednisolone, 0, 125% dua kali sehari. Terapi topikal dengan antibiotik atau air mata tambahan biasanya tidak terlalu dibutuhkan dan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada lapisan air mata dan reaksi toksik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar